Oleh : Isma Adwa Khaira 
Lingkar Pendidik Peradaban


Perjalanan hidup senantiasa akan memberikan kita banyak pembelajaran. Satu yang menggelitik meski raga tak mampu bersama. Tentang sebuah arti dari hubungan. Bagaimanakah sebuah hubungan dapat terbentuk? Ketika manusia bukanlah makhluk individualis namun sosial. Dimana interaksi yang terjalin akan memberikan hubungan.

Hubungan akan terus ada meski raga jauh digapai. Hanya saja ujian akan silih berganti datang untuk memperkuat sebuah hubungan atau justru melemahkan. Banyak manusia mengakhiri sebuah hubungan dengan alasan sepele. Meski membangunnya dengan susah payah. Untung dan rugi kadang hadir dalam sebuah hubungan. Keegosian dan ketidakdewasaanpun turut menjadi pemisah.

Namun, ada satu hubungan yang begitu indah. Hubungan yang meski dunia memisahkan mereka akan tetap bersatu. Hubungan yang tidak mememikirkan untung rugi. Hubungan yang di dasarkan pada  Islam.

Saat Islam memahamkan bahwa sebuah hubungan tidak hanya dibentuk atas dasar hati dan keadaan yang menyatukan kehidupan. Ada yang lain, menjadi penguat begitu erat selain itu semua. Yaitu ikatan Aqidah.

Keterikatan atas dasar keyakinan semata-mata karena Allah. Ketika kita terikat dengan cinta dan benci karena Allah. Membenci ketika kemaksiatan itu nampak didepan mata. Dan mencintai ketika kebaikan itu kita perlombakan. Semata-mata hanya karena Allah ta'ala.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ  أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّارِ

 “Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu (1) barangsiapa yang Allâh dan Rasûl-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allâh. (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allâh menyelamatkannya sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam Neraka.”

Sebuah Hadits lain Riwayat Muslim mengatakan bahwa, Setiap muslim itu saudara bagi muslim yang lain. Dia tidak akan menzhaliminya, menghinakannya, dan tidak pula meremehkannya. Keburukan seseorang itu diukur dari sejauh mana dia meremehkan saudaranya.  Seperti satu tubuh dimana jika ia sakit maka semua anggota badan pun merasakannya. 

Begitulah, sebuah hubungan dijalin dalam Islam. Kesedihan kita karena kemaksiatan yang saudara kita lakukan. Bahagia karena kita melihat ketakwaan saudara kita. Hubungan yang terjalin di antara kaum muslimin semata hanya ingin memperoleh pahala. Akan mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya karena Allah. 

Untukmu saudaraku yang terikat atas dasar akidah dan berjalan bersama melewati jalan dakwah. Dan kini,tengah berdiam diri dirumah karena wabah. Bertawakallah engkau dimana saja kalian berada meski raga tak mampu bersua. Ingatlah bahwa hubungan ini akan senatiasa erat dalam do'a dan perjuangan dunia maya. Yakinlah bahwa sesudah kesulitan yang menghampiri perjuangan dan hubungan kita. Pasti ada kemudahan. Dan semoga kemudahan itu akan segera datang.
Wallahu a'lam bishshawwab.

1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama