Oleh : Yusri Lubbi Kamilah


Dalam sebuah wawancara Talkshow Mata Najwa yang di pandu oleh Mbak Najwa beliau bertanya pada Jokowi dan mengatakan alih-alih memutus rantai penyebaran pandemi Covid-19 di seluruh penjuru Indonesia, data dari Kemenhub menunjukan sudah hampir sejuta orang curi start mudik. Mendengar pernyataan itu Jokowi pun membantah bahwa mudik tidak sama dengan pulang kampung (22/04/2020).

Sontak hal itu menjadi pembicaraan netizen di jagat twitter hingga menjadi trending topik di Indonesia pada hari kamis. Tak berselang lama perkataan Jokowi pun trending dalam Youtube yang diunggah langsung oleh channel Mata Najwa. Jokowi menilai bahwa mudik dilakukan saat musim lebaran sedangkan pulang kampung dilakukan untuk kembali ke keluarga di kampung karena sudah tidak memiliki aktivitas atau pekerjaan di kota rantau.

Guru besar bidang Linguistik Universitas Mataram Prof Mahsun berpendapat dalam kamus besar bahasa Indonesia, kontruksi pulang ke desa atau kampung merupakan salah satu makna dari kata mudik itu sendiri. (Ujar Mahsun saat dihubungi dari Jakarta, Jumat).
Inilah potret dari negeri berflower bukannya menghasilkan kebijakan yang dapat menyelamatkan rakyat namun, malah semakin membingungkan rakyat. 

Membuktikan kondisi negeri yang dipimpin oleh pemimpin yang jauh dari kata visioner. Padahal aturan larangan mudik sudah ditetapkan oleh Kementrian Perhubungan dengan mengatur sejumlah hal terkait jenis transportasi, durasi larangan serta pelaksanaannya.
melihat kondisi diatas dapat kita artikan bahwa terjadi miskom dalam kebijakan mudik yang digagas oleh rezim kapitalis dalam menghentikan penyebaran virus. mudik dilarang sedangkan pulang kampung boleh padahal aktivitasnya sama-sama melakukan perpindahan dari satu wilayah ke wilayah yang lain.

Dengan adanya protokol kebijakan larangan mudik akan berdampak fatal pasalnya masih banyak celah yang bisa berdampak negatif pada masyarakat. Pemerintah seharusnya menelaah setiap protokol kebijakan larangan mudik dan mengevaluasinya. Jangan sampai dengan kontroversinya tentang perbedaan mudik dengan pulang kampung membawa penderitaan kembali kepada rakyat dan menngorbankan rakyat dengan kebijakan ini. Pasalnya larangan mudik tidak akan efektif dan tidak bisa menutup keran mudik.

Inilah potret kehidupan manusia yang akan terus berulang selama hidup mengambil jalan Sistem Kapitalis yang  selalu dipenuhi dengan kesulitan, penderitaan dan kezhaliman.

Disini terlihat kebijakan Kapitalis yang selalu menyulitkan rakyat dan menjadi kan rakyat sebagai korban atas hal ini. Berbeda dengan Sistem Islam memberikan kebijakan yang orientasinya jelas melayani secara utuh kebutuhan rakyat, Karena sejatinya tugas utama seorang penguasa adalah sebagai pelayan rakyat bukan pelayan para Kapitalis. Rakyat dijamin mendapatkan hak-hak nya yaitu dengan sandang pangan dan papan dengan murah, rakyat mendapat pendidikan, kesehatan juga keamanan yang begitu kokoh.

Sebagai pelayan umat, pemimpin dalam Islam harus  memiliki kepekaan sosial yang tinggi sebagaimana Khalifah Umar ra  memerintahkan Amr Bin Ash sebagai  gubernur negeri Syam untuk menyelesaikan masalah  wabah thaun. Amr Bin Ash menyerukan kepada rakyatnya untuk melakukan karantina mandiri dan menjaga jarak sosial. Amr Bin ash juga berkata "Wahai manusia sesungguhnya penyakit ini apabila menimpa maka ia akan bekerja bagaikan bara api maka bentengilah dari penyakit ini dengan berlari ke gunung-gunung" (Diriwayatkan dari Iman Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitab Badzal Maa'un hal 163).

Mendengar perkataan dari Amr Bin Ash rakyat pun mulai memencar ke berbagai penjuru, ada yang pergi ke gunung ataupun daerah-daerah terpencil. Akhirnya dengan kebijakan ini wabah thaun dapat terselesaikan rakyat mampu memahami kebijakan yang diberikan oleh pemimpinnya. 

Beginilah seharusnya pemimpin yang melayani rakyat dan bertanggung jawab dalam segala hal apapun disamping ia juga harus bertanggung jawab atas kebijakan pemberlakuannya.
Tidakkah kita merindukan kembali Sistem Islam yang melahirkan pemimpin untuk menjalankan tugasnya sebagai pelayan umat dan memberikan rasa keamanan yang penuh?
Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama