Oleh : Ummi Nissa
Penggerak Literasi dan Komunitas Muslimah Rindu Surga


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu narasi  yang digaungkan pemerintah saat ini.  Jalan tol, kereta,  bandara, dibangun di seluruh penjuru tanah air dari barat sampai timur. Namun adanya Pandemi Covid-19 yang belum juga reda,  tampak menjadi kambing hitam atas tertundanya beberapa program pembangunan infrastruktur tahun 2020.

Hal ini seperti yang dilansir oleh dara.co.id (14/1/2021) Kepala DPUTR (Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang) Kabupaten Bandung, Agus Nuria mengatakan program-program 2020 banyak yang tidak bisa dilaksanakan alias ditangguhkan karena adanya kebijakan recofusing (menunda atau membatalkan) anggaran, dampak dari pandemi Covid-19. Contoh program yang tidak bisa mencapai target di tahun 2020 adalah jalan mantap. Dimana target awalnya yaitu harus mencapai 90 persen tapi hanya bisa tercapai 86 persen. Artinya ada empat persen lagi yang masih belum tercapai.

Hampir satu tahun masyarakat ada dalam kondisi pandemi. Sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Dampak dari musibah ini pun memukul berbagai sektor di tengah-tengah masyarakat. Tidak hanya kesehatan, tapi juga sektor yang lainnya. Pemerintah pun berupaya mengeluarkan berbagai kebijakan untuk memutus penularan virus yang mematikan ini. Termasuk recofusing anggaran. Sayangnya semua kebijakan dalam penanganan pandemi belum menunjukkan hasil yang signifikan. Bahkan pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 semakin hari semakin meningkat.

Kurang bijak rasanya jika pandemi dijadikan alasan tidak tercapainya program-program pembangunan yang sudah direncanakan. Padahal penanganan yang tidak tepat dari awal terungkapnya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 ditambah kebijakan yang tidak pro rakyat menjadikan penyebaran virus terus berlangsung hingga saat ini.

Rakyat sudah cukup menderita akibat kepungan wabah yang berlarut-larut, ditambah dengan datangnya berbagai musibah seperti banjir, gempa, dan longsor. Peristiwa ini tidak hanya karena sunatulah (kejadian alami) akan tetapi juga disebabkan akibat pembangunan infrastruktur yang tidak memperhatikan kelestarian alam. Alih fungsi lahan menjadi pemukiman menyebabkan longsor dan banjir di mana-mana. Begitupula pembangunan jalan tol, banyaknya lahan pertanian yang tergusur mengakibatkan para petani kehilangan mata pencahariannya.

Rumah merupakan kebutuhan dasar masyarakat, begitupula jalan adalah fasilitas umum yang dibutuhkan rakyat. Akan tetapi jika dalam pemenuhan dan pengelolaanya pemerintah melibatkan pihak swasta dan asing sebagai investor, maka hal tersebut menjadikan orientasi pembangunan infrastruktur hanya berpijak pada untung secara materi tapi tidak menjaga kelestarian alam serta cenderung mengabaikan hak-hak rakyat.
Fokus pemerintah di tahun 2021 menyelesaikan infrastuktur memberikan gambaran  nyata bahwa orientasi penguasa hanya untuk melayani para pemodal di bawah panji demokrasi kapitalisme.

Yakni, sebuah sistem yang menjadikan peran negara lepas tangan dari  mengurusi dan melayani rakyat. Penguasa hanya sebagai regulator serta fasilitator para investor. Tega mengorbankan nyawa rakyat hanya demi  pembangunan dengan dalih meningkatkan ekonomi masyarakat. Program parsial berbalut janji ini hanya isapan jempol semata, nyatanya rakyat tidak mampu memanfaatkan dan menikmati pembangunan dan fasilitas yang ada. hal tersebut dikomersilkan dengan harga yang mahal. Apalagi pembangunan yang tidak mengindahkan dampak kerusakan lingkungan, menjadikan rakyat menderita bertubi-tubi.

Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Sebagai agama yang sempurna Islam memiliki pengaturan yang komprehensif, yang mampu menyelesaikan berbagai permasalahan hidup manusia. Karena Islam lahir dari zat yang menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan. Allah Azza wa Jalla. Sehingga Islam paling layak mengatur seluruh urusan manusia dengan beragam solusi. Tidak hanya urusan individu seperti ibadah tetapi juga mengatur urusan bermasyarakat dan bernegara.

Dalam Islam pemimpin bertanggung jawab tehadap apa yang dipimpinnya. Atas dorongan keimanannya pada Allah Swt. maka dia akan melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya sebagai pengayom dan pengurus umat. Seorang pemimpin wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan termasuk kebutuhan dasar. Jalan juga merupakan fasilitas publik yang bersifat mendasar.

Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, penanganan kesehatan untuk menyelamatkan nyawa rakyat harus diutamakan. Meskipun fasilitas umum  juga merupakan kebutuhan. Akan tetapi jika hal tersebut tidak mampu dipenuhi secara bersamaan, maka negara harus  melihat kebutuhan mana yang  wajib didahulukan. Baik pemimpin pusat ataupun daerah serta para pejabat terkait fokus kepada  penanggulangan musibah (pandemi) setelah  itu baru memenuhi kebutuhan  lainnya yang tertunda.

Aturan Islam mewajibkan pemimpin memenuhi semua kebutuhan pokok rakyatnya termasuk fasilitas umum seperti jalan. Untuk pembangunan ini maka negara akan mengalokasikan anggarannya dari hasil pengelolaan harta milik umum, tidak bergantung kepada pihak-pihak swasta atupun negara lain. Sehingga negara mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. 

Karakter pemimpin yang mengutamakan kepentingan umat daripada kepentingan dirinya sendiri juga hanya bisa ditemui dalam sistem Islam. Khalifah Umar bin Khattab salah satu buktinya. Seorang pemimpin yang rela lapar paling dulu dan kenyang belakangan  dari pada rakyatnya. Perhatiannya hingga melakukan blusukan bukan untuk pencitraan tapi  memastikan semua rakyatnya terpenuhi semua kebutuhannya. Rasa takutnya kepada Allah menjadikannya rela memikul gandum sendirian untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya yang kekurangan. Inilah karakter pemimpin yang dirindukan. Semua ini hanya lahir dari sistem Islam yang menerapkan seluruh aturannya secara kaffah dalam kehidupan.

Kehidupan yang sejahtera dan penuh keberkahan hanya akan terwujud jika seluruh penduduknya beriman dan bertakwa. Sebagaimana firman Allah Swt.:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).

Wallahu a'lam bishawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama