Oleh : Leihana 
Ibu Pemerhati Umat


Perpolitikan dunia internasional  diibaratkan seperti tata surya, terdapat matahari sebagai pusat tatasurya di galaksi Bima Sakti kemudian berbagai planit kecil dan besar berputar mengelilingi pusat galaksi tersebut, juga beberapa planet memiliki satelitnya tersendiri seperti bulan bagi bumi. Demikian pula negara-negara di dunia terdapat negara besar di mana  negara yang paling berpengaruh yakni Amerika Serikat. Negara tersebut  diikuti negara-negara satelitnya di berbagai benua dan terdapat juga negara-negara pengekor yang hanya jadi pembuangan kebijakan negara besar tersebut. 

Dalam kondisi krisis global akibat pandemi berkepanjangan Covid-19 negara-negara maju yaitu pengusung kapitalisme tidak berhenti menancapkan hegemoni penjajahannya baik dalam politik maupun ekonomi tentu saja sasarannya adalah negara-negara berkembang yang tidak lain seperti negara pengekor yang selalu manut apapun keputusan negara-negara kapitalis besar tersebut. 

Hal ini terungkap dalam sebuah artikel yang menyebutkan, Sementara itu Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, G7 sebagai koalisi negara demokrasi paling berpengaruh di dunia memiliki tanggung jawab kepada seluruh dunia pada saat krisis ini. Owen mengungkapkan kegembiraannya bahwa ASEAN telah diundang untuk pertama kalinya dalam pertemuan G7, karena hal tersebut mencerminkan kenyataan bahwa negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, sangat penting bagi masa depan planet kita, ekonomi global kita, serta perdamaian dan stabilitas global. (viva.com, 5/5)

Negara-negara G7 (Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS) berkumpul bersama negara undangan yakni Australia, India, Republik Korea, Afrika Selatan dan Ketua ASEAN.

Pertemuan G7 ini dianggap bersejarah lantaran dianggap menjadi simbol aliansi dan kemitraan dengan kawasan Indo-Pasifik berarti mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, Covid-19, pelanggaran hak asasi manusia dan masyarakat terbuka, ketidaksetaraan gender dan kerawanan pangan adalah hal yang mungkin untuk dilakukan. Posisi G7 dan negara ASEAN jelas G7 adalah negara utama yang punya hak memutuskan berbagai kebijakan dan negara ASEAN adalah negara pengekor yang selalu manut melaksanakan berbagai keputusan negara utama tersebut. 

Berbagai kebijakan krusial yang menentukan masa depan bangsa dan rakyat akan seenaknya didikte oleh negara-negara kapitalis ini. Negara-negara di ASEAN termasuk Indonesia tidak memiliki daya tawar sama sekali untuk setiap kebijakan penting tersebut. Pada akhirnya negara-negara pengekor ini akan menjadi buangan dari sampah internasional, seperti perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas produksi besar-besaran yang dilakukan negara maju harus diatasi dengan perbaikan lingkungan oleh negara-negara pengekor ini. Selain menjadi buangan sampah negara pengekor ini akan jadi penyerap hasil produksi negara kapitalis. Seperti vaksin covid-19 yang digadang-gadang dapat menyelamatkan seluruh penduduk bumi hanya diberikan hak produksinya pada negara-negara besar kemudian negara-negara pengekor dipaksa membeli dengan harga dan jumlah yang telah ditetapkan negara kapitalis tersebut. 

Selayaknya dipahami, kerjasama G7 dan ASEAN ini adalah penyerahan diri ASEAN terhadap kepentingan negara kapitalis Barat. Bukan kemaslahatan yang akan didapat, tetapi hegemoni kapitalis yang makin menguat. Dan dampak akhirnya rakyat juga yang harus menanggung besarnya kerugian bahkan hingga kemelaratan. 

Tentu saja jauh berbeda dengan politik luar negeri dalam sistem Islam yang memiliki Qiyadah Fikriyah (kepemimpinan berfikir), dimana ideologi Islam harus memimpin setiap kebijakan. Hubungan luar negeri yang diajarkan adalah dakwah dan jihad, jika negara lain tidak bisa didakwahi untuk tunduk dengan aturan Islam maka akan diperangi (futuhat) dengan jihad. Dalam Islam ketika negara Islam yaitu Khilafah Islamiyyah menjadi negara adidaya mekanisme politiknya bukan sekadar menaklukan sebuah negeri tetapi juga menyejahterakan negeri tersebut. Bukan justru menjarah kekayaannya dan penduduk aslinya dibiarkan menjadi babu di negeri sendiri seperti yang terjadi pada negara-negara pengekor kepentingan negara kapitalis. Untuk itu mari segenap umat Islam kita berjuang menerapkan Islam secara sempurna di bawah naungan sistem Khilafah yang Allah ridai niscaya terwujudlah rahmat bagi seluruh alam.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama