Oleh : Rodlifatul Jannah 
Aktivis Dakwah


Tak terbantahkan, Virus Corona masih merajalela. Meski ada sebagian masyarakat yang sudah tak percaya, nyatanya virus ini masih mengintai kita. Sudah dua tahun lebih lamanya dunia diselimuti keresahan. Pandemi Covid-19 belum memiliki tanda ingin berhenti. Seluruh dunia masih sibuk untuk menanganinya. Dan segala cara yang telah ditempuh hanya menghadirkan penyelesaian semu. 

Jelas sekali di beberapa belahan dunia, sempat terbebas dari pandemi. Meski tak berlangsung lama. Seolah istirahat sebentar, Virus Corona datang kembali tanpa diundang. Bahkan dalam beberapa kasus, ia menjadi lebih ganas dari sebelumnya.

Hal ini seperti yang pernah terjadi pada Selandia  Baru. Dikutip dari laman CNN.lndonesia, pada 8 Juni 2020 lalu, negara tersebut mengumumkan pasien terakhir yang terbebas dari Virus Covid-19. Buruknya, beberapa minggu kemudian, Selandia Baru kembali mencatat kasus Virus Corona di negerinya. Di lndonesia sendiri diberitakan jika akhir-akhir ini kasus Virus Corona mulai menunjukkan penurunan. Tapi apakah memang benar-benar menurun?

Ternyata tidak. Mengingat masyarakat lndonesia sudah tidak peduli lagi dengan pandemi ini. Buktinya, bisa kita temukan berbagai pelanggaran terhadap protokol Covid-19. Mulai dari banyak yang tidak memakai masker, apalagi di pasar dan daerah pedesaan, mengabaikan larangan mudik, banyak perkumpulan orang di sana-sini dan lain sebagainya.

Dengan kenyataan ini, bukan tidak mungkin masyarakat juga akan mengabaikan gejala-gejala Covid-19 yang berada di tengah-tengah mereka. Sehingga angka masyarakat yang memeriksakan dirinya ke rumah sakit minim sekali. Ditambah pula harga rapid test anti-gen yang mahal dan ketidak percayaan masyarakat pada keberadaan virus ini semakin membuat orang enggan untuk memeriksakan dirinya. Pada akhirnya masalah-masalah ini menandakan satu hal, kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi.

Sekarang mari kita selidiki penyebab kegagalan ini. Ternyata selama ini solusi yang diterapkan masih belum lah tepat. Negeri ini masih membebek pada solusi parsial internasional. Yang nyatanya, negara yang negeri ini ikuti mekanismenya, juga belum terlepas dari Covid-19. 

Ditambah lagi, pemerintah yang terlalu fokus pada sektor ekonomi ketimbang kesehatan. Kesehatan diletakkan pada urutan kedua. Bagi mereka nyawa uang lebih berharga daripada nyawa manusia. Ini tampak jelas pada pembukaan swalayan-swalayan, tapi penutupan masjid-masjid, serta mudik yang dilarang, tapi pemerintah dengan mudahnya membuka akses masuk pada para pekerja asing. Miris.

Akankah pemerintah tidak belajar dari pengalaman? Setidaknya bak kata pepatah 'jangan masuk ke lubang yang sama untuk yang kedua kalinya'. Pemerintah semestinya sadar bahwasanya apabila kita terus-menerus mengikuti arahan barat sebagai solusi untuk pandemi, tak akan pernah selesai. Karena barat sendiri belum terbebas dari wabah ini.

Tak hanya lndonesia sebenarnya, tapi seluruh dunia sudah semestinya sadar jika solusi mereka belum pernah menyelesaikan masalah. Bahkan cenderung menambah masalah. Apakah mereka tak lelah mengoleksi beragam masalah? Jika dunia ingin lepas dari wabah mematikan ini, caranya cukup satu, yaitu mengikuti langkah-langkah yang dilakukan oleh negara yang pernah berhasil mengusir wabah semacam ini. Lalu siapakah itu?

Sejarah mencatat, ada sebuah imperium besar yang pernah berhasil mengusir wabah dari daerahnya secara tuntas. Dan negara itu tak lain adalah Khilafah. Ya, Khilafah dengan aturan lslmlah yang pernah sukses menyelesaikan persoalan pandemi beberapa abad silam. Mereka berhasil karena menggunakan aturan lslam yang terkait pengendalian wabah. Diantaranya mereka mengimplentasikan hadis-hadis berikut:

اذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)

Hadis ini mengisyaratkan lockdown serta pelarangan masyarakan untuk bepergian keluar daerah serta luar negeri. Tapi juga jangan membiarkan rakyat asing masuk kedalam negeri. Rasulullah juga menyatakan dalam suatu hadis tentang pemisahan orang yang sakit dari yang sehat, hadis tersebut berbunyi:

 لَا يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِح

“Janganlah yang sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Dalam hadis lain Rasulullah menyebutkan:

"Menghindarlah kamu dari orang yang terkena judzam (kusta), sebagaimana engkau lari dari singa yang buas." (HR al-Bukhari)

Hadis-hadis ini menuntut negeri ini agar mengisolasi total penduduknya. Yang pasti berakibat pada hubungan luar negeri yang renggang untuk sementara, sektor ekonomi yang melambat, dan keharusan negara untuk menjamin seluruh kebutuhan pokok warganya. Namun,  apakah negara bisa memenuhi kebutuhan pokok seluruh warganya, mengingat sektor ekonomi yang berhenti karena masyarakat tidak akan ada yang beraktivitas. Sejujurnya, negara ini sangatlah bisa melakukan itu semua.

Dengan cara seperti ini juga, otomatis lndonesia terisolasi dari dunia. Yang mungkin akan memperburuk perekonomian. Tapi sebenarnya jika lndonesia mau, ia bisa saja menjadi negara mandiri. Akan tetapi apakah pemerintah bersedia? Itulah yang menjadi pertanyaan besar bagi kita semua.

Indonesia sendiri adalah negeri dengan berbagai julukan. Mulai dari negeri seribu pulau, agraris, maritim, zamrud khatulistiwa dan julukan-julukan lainnya. Dan julukan-julukan ini setara dengan kekayaan alam yang melimpah. Dengan julukannya sebagai negara maritim, negeri ini memiliki jumlah keragaman ikan no.1 sedunia.

Sumber daya alam lndonesia benar-benar melimpah. Ia merupakan penghasil batu bara terbanyak keempat secara global. Pada tahun 2018, produksi batu bara Indonesia sebesar 549 juta ton, terbanyak dikeruk dari Kalimantan. (KOMPAS.com)

Indonesia juga memiliki kayu termahal didunia, yaitu kayu gaharu. Yang dikenal satu meter bisa seharga 54 juta.

Fakta-fakta diatas hanyalah sekelumit dari kekayaan alam lndonesia. Jika disebutkan semua, mungkin akan terlalu panjang. Yang terpenting adalah, pembuktian jika lndonesia mengelola semuruh sumber daya alamnya dengan mandiri dan semuanya diperuntukkan untuk rakyat, pasti sangatlah cukup untuk meunjang seluruh keperluan bangsa lndonesia. Bahkan berlebih. Dan negara pun tak perlu bersusah payah menambah hutang.

Sayangnya, hampir seluruh perusahaan tambang yang mengelola sumber daya sebesar itu adalah asing. Sudah pasti, hasil pengelolaannya di serahkan kepada negara masing-masing. Lalu lndonesia hanya diberikan beberapa persen saja. Miris bukan?

Padahal lndonesia adalah tuan rumah. Tapi dengan sengaja mereka merencanakan seolah merekalah tuan rumahnya. Jadilah kita menjadi asing di rumah sendiri. Lebih parah lagi, kita tak bisa menikmati kekayaan milik kita sendiri. Dan lebih sedihnya lagi, pemerintah lndonesia mendukung para korporat ini. Caranya dengan membuat kebijakan-kebijakan yang sangat pro kepada mereka. 

Buktinya telah kita saksikan sendiri. Bukti konkritnya adalah UU Omnibus Law yang secara kasat mata mendukung perusahaan-perusahaan swasta. Dengan terang-terangan pemerintah memudahkan  para korporat ini mencengkram sumber daya alam negara.

Penguasa melakukan ini karena begitulah yang layaknya terjadi. Sebab dalam idiologi yang mereka anut dan terapkan pada negeri kita, mengharus hal itu. Kapitalisme  menghendaki kekuasaan pemilik modal diatas segalanya. Berasal dari asal kata kapitalisme itu sendiri, yaitu kapital yang berarti pemilik modal.

Kita tidak akan pernah terbebas dari bayang-bayang pandemi jika mempertahankan sistem kapitalisme. Kenapa? Karena selama sistem ini ada, negeri ini tidak akan pernah mencapai kemandirian ekonomi.  Yang dengan kemandirian itu negeri ini bisa mengadakan isolasi besar-besaran, serta menjamin seluruh kebutuhan warganya tanpa takut akan ancaman dari negeri lain jika lndonesia memutus hubungan sepihak dengan mereka. Serta, seluruh kekayaan bisa dialokasikan langsung untuk penanganan wabah.

Tak bisa terelakkan lagi, sistem negara ini harus diganti dengan sistem yang menolak seluruh andil swasta dalam pengelolaan sumber daya alamnya, sistem yang pernah menyelesaikan secara tuntas pandemi yang mendera wilayahnya. Sistem itu ialah lslam. Agama yang disebut-sebut sebagai rahmatan lil alamin. Sistem yang hanya bisa secara sempurna di bawah naungan negara khilafah. Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama