Oleh : Imas Sunengsih, S.E
Aktivis Muslimah Ideologis


Indonesia berduka, kapal selam KRI Naggala-402 tenggelam di Utara perairan Bali yang hilang kontak sejak Rabu subuh 21 April pukul. 04.25 waktu setempat. Kapal selam dinaiki 53 orang (1 komandan, 49 ABK, 3 personel senjata). Kapal selam ini buatan Jerman 44 tahun yang lalu.

Musibah yang dialami TNI AL ini semakin menambah deretan musibah yang dialami Indonesia dan semakin mengkhawatirkan semua pihak. Sebagaimana kita pahami bahwa Indonesia merupakan negara maritim memiliki laut yang begitu luas, tentu dengan kondisi tersebut membutuhkan kecanggihan teknologi yang memadai dan mumpuni. Ini akibat dari kesalahan prioritas yang berdampak pada korban jiwa prajurit terlatih, diremehkan musuh dan menjadi ajang rebutan kepentingan negara adidaya.

Kondisi tersebut seharusnya menjadi perhatian bagi semua pihak agar kejadian tidak terulang kembali. Peristiwa naas sering terjadi dengan kondisi mode transportasi di negeri ini. Dalam Islam, negara akan menjamin transportasi yang terbaik untuk melayani kebutuhan publik, selain merupakan bentuk tanggungjawab negara dalam meriayah rakyatnya.

Dari musibah Nanggala 402, banyak hikmah yang bisa dijadikan renungan, bahwa Allah Swt telah menciptakan lautan yang terhampar luas sebagai bukti kemahakuasaan Allah dan betapa lemahnya manusia. Namun hari ini, banyak manusia yang tidak mau diatur oleh aturan Allah Swt. Sebagian kaum muslim masih menjadikan aturan kapitalis liberal demokrasi sebagai aturan dan standar kehidupannya. Padahal Islam yang Allah Swt turunkan mempunyai seperangkat aturan yang komprehensif dalam mengatur semua aspek kehidupan. 

Wajib diingat bahwa manusia itu milik Allah Swt dan akan kembali kepada-Nya dengan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al-Qur’an yang artinya : “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (TQS. Al-Isra` : 36)

Dan sabda Rasulullah Saw:
"Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak dari tempat hisabnya pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat hal: (1) umurnya, untuk apakah ia habiskan, (2) jasadnya, untuk apakah ia gunakan, (3) ilmunya, apakah telah ia amalkan, (4) hartanya, dari mana ia peroleh dan dalam hal apa ia belanjakan.” (HR Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi)

Oleh karena itu, sudah saatnya kaum muslim menjadikan semua perbuatannya terikat dengan aturan Allah Swt yang akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Semoga bulan Ramadan tahun ini menjadi Ramadan terakhir tanpa adanya khilafah, sebuah institusi yang akan menegakkan syariah Islam secara kafah.
Aamiin.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama