Oleh. Yusriani Rini Lapeo, S. Pd,
Anggota Muslimah Media Jakarta
"Sejahat-jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri adalah Tidak ada orangtua yang tega membuat celaka anaknya sendiri."
Gambaran seorang ibu yang kasih sayangnya tidak terhingga, seperti itulah kata pepatah. Walaupun banyak kemudian seorang anak yang melupakan baktinya kepada orangtuanya, bahkan ada yang mencampakkan orangtuanya begitu saja.
Dewasa ini bagaimana dengan perilaku kita kepada kedua orangtua kita? Apakah mampu kita membayar semua bakti orangtua kita selama usia kita masih berada dalam kandungan, sampai akhirnya kita tumbuh dewasa lalu akhirnya kita menemukan pasangan hidup kita.
Menilik kisah dari Alqomah si anak salih yang berbakti, namun kemudian ia berubah menjadi pelit dan durhaka kepada ibunya. Alqomah adalah seorang ahli ibadah. Tatkala dia dalam sakaratul maut, lidahnya tidak dapat mengucapkan kalimat La Ilaha illallah.
Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata: Kami pernah berada di sisi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu datanglah seseorang, ia berkata, “Ada seorang pemuda yang napasnya hampir putus, lalu dikatakan kepadanya, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, akan tetapi ia tidak sanggup mengucapkannya.” Beliau bertanya kepada orang itu,” Apakah anak muda itu salat?” Jawab orang itu,”Ya.” Lalu Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bangkit berdiri dan kami pun berdiri besama beliau, kemudian beliau masuk menemui anak muda itu, beliau bersabda kepadanya,”Ucapkan Laa ilaaha illallah.” Anak muda itu menjawab, “Saya tidak sanggup.” Beliau bertanya, “Kenapa?” Dijawab oleh orang lain, “Dia telah durhaka kepada ibunya.” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah ibunya masih hidup?” Mereka menjawab, “Ya”. Beliau bersabda, “Panggillah ibunya kemari,” Lalu datanglah ibunya, maka belaiu bersabda, “Ini anakmu?” Jawabnya, “Ya.”
Beliau bersabda lagi kepadanya, “Bagaimana pandanganmu kalau sekiranya dibuat api unggun yang besar lalu dikatakan kepadamu: Jika engkau memberikan syafa’atmu (pertolonganmu -yakni maafmu-) kepadanya niscaya akan kami lepaskan dia, dan jika tidak pasti kami akan membakarnya dengan api, apakah engkau akan memberikan syafa’at kepadanya?” Perempuan itu menjawab, “Kalau begitu, aku akan memberikan syafa’at kepadanya.”
Beliau bersabda,” Maka Jadikanlah Allah sebagai saksinya dan jadikanlah aku sebagai saksinya sesungguhnya engkau telah meridai anakmu.” Perempuan itu berkata, “Ya Allah sesungguhnya aku menjadikan Engkau sebagai saksi dan aku menjadikan Rasul-Mu sebagai saksi sesungguhnya aku telah meridai anakku.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak muda itu, “Wahai anak muda ucapkanlah Laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalahu wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu,” lalu anak muda itu pun dapat mengucapkannya. Maka bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dengan sebab aku dari api neraka.”
Maa syaa Allah, betapa besar kasih sayang seorang ibu. Betapa Allah memberikan kelebihan hati yang besar kepada seorang ibu untuk memikul tanggung jawabnya dalam rumah tangganya terutama dalam mengasuh dan membesarkan anaknya. Tatkala ia disakiti, tetapi tak mampu melihat anak-anaknya tersakiti.
Dalam Islam seorang ibu ialah wanita hebat, yang mendapatkan posisi sangat mulia. Sehingga seorang anak wajib menjunjung tinggi kedudukan ibunya.
Ibu juga merupakan sosok yang sangat istimewa, Rasulullah saw. bersabda dalam hadis-hadisnya, Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).
Cinta ibu adalah yang paling menenangkan. Ia tak banyak wujud dan meneduhkan seperti oase di padang panjang nan gersang. Walau mustahil menjadi ibu yang sempurna, namun seorang ibu pasti berusaha untuk menjadi ibu terbaik bagi anak-anaknya.
Tak ada manusia yang menyayangimu melebihi ibu kamu. Dia tetap rela menyayangimu meskipun bukan ia yang paling kamu sayangi. Menjadi anak yang salih dan tidak pernah menyakiti hati orangtua itulah hal yang paling diinginkan orangtua kita.
Rida Allah adalah rida Ibumu. Hormati, sayangi, cintai dan patuhi selagi ia tidak mengajarkanmu pada kemaksiatan. Semoga Allah mengharamkan ibu kita dari panasnya siksa api neraka, aamiin ya rabbal alamin. Ana uhibbuki fillah Ya Ummi.
Posting Komentar