Oleh. Tya Ummu Zydane
Pengemban Dakwah


Tangis pilu mengiringi pemakaman Widodo (25 tahun), pelaku jambret yang dibakar massa pada Rabu (2/2/2022). Istrinya yang sedang hamil 9 bulan tak kuasa menahan kepedihan ditinggalkan suami yang menjadi tumpuan hidupnya. 

Sang suami meninggal dengan cara yang mengenaskan saat mencari nafkah. Suami sang ibu khilaf sehingga berjuang dengan cara yang salah, naas nasibnya, gagal menjambret malah ketangkap warga, dan dibakar masih dalam keadaan bernyawa. 

Kejadian naas itu terjadi di Kecamatan Sematang Borang, Palembang. Saat itu Indra (nama sang suami) masih hidup, meski 76% tubuhnya terbakar. Indra dirawat di rumah sakit, beberapa hari kemudian nyawanya tak tertolong, Indra menutup mata untuk selamanya. 

Sang istri tak henti menangis, dengan terisak dia bercerita bahwa suaminya sangat baik pada dia dan anak perempuannya yang berusia 4 tahun. "Dia sayang sama anak dan istrinya, baik dan tidak kasar," ucapnya terisak. 

Apa hendak di kata, Indra telah dikubur. Seandainya Indra bisa mengulang waktu, tentu dia tidak akan menjambret. Kondisi Indra yang sudah lama tidak bekerja sementara istri akan melahirkan memicu pertengkaran diantara mereka, Indra memilih jalan pintas demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Kini sang istri telah menjadi janda dan sebentar lagi lahir anak kedua tanpa ayah di sisinya. 

Dalam hukum Islam pencuri tidak dibakar. Ganjarannya jelas dalam Al-Quran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوْٓا اَيْدِيَهُمَا جَزَاۤءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِّنَ اللّٰهِ ۗ    وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ 

"Adapun orang laki-laki maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana."
QS. Al-Ma'idah[5]:38

Itu pun tak sembarang potong, harus ada pengadilan. Harus tahu dulu kenapa dia mencuri. Jika mencuri karena lapar, ekonomi sulit, tentulah tak akan dipotong, apalagi jika yang dicuri tak sampai seperempat dinar.

Dan dalam Islam penguasa harus bertanggung-jawab atas kebutuhan pokok rakyatnya. Islam mewajibkan lelaki bekerja, tapi negara memastikan ketersediaan lapangan kerja. Ekonomi harus dikelola dengan aturan Allah agar tak dimiliki segilintir orang saja. Negara juga harus memastikan ketakwaan rakyatnya sehingga takut pada yang haram. Sayangnya, itu tak akan didapat dari negara yang menerapkan ideologi Kapitalisme. Kapitalisme tak pernah berpihak pada rakyat kecil. Penjambret dibakar hidup-hidup, sang koruptor yang memakan harta rakyat dipotong masa tahanan.

Solusi dari karut marut negeri sudah ditawarkan namun tidak diindahkan, karena para kapitalis takut tidak bisa lagi berbuat suka-suka. Mereka takut tak lagi bisa berkuasa, sehingga aturan yang datangnya dari Pencipta dikesampingkan.

Ini terjadi karena tidak diterapkan hukum Allah dalam setiap lini kehidupan, sehingga yang kaya semakin milyarder dan yang miskin mengambil haknya dengan cara yang sesungguhnya dia pun tak ingin begitu, dikarenakan tempat mengadu pun hanya slogan, namun fakta di lapangan sang dewan perwakilan dan pihak pengamanan lebih condong pada yang membuat mereka kenyang.

Umat Islam saat ini seperti singa yang sedang tidur. Hanya Khilafah yang dapat membangunkan singa itu dari tidur panjangnya. 
Semoga Allah segera menurunkan nasrullah-Nya dan memenuhi janjinya dalam Q.S An-Nur ayat 55 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى الْاَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًاۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـًٔاۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ


"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik."

Namun Allah ingin melihat usaha hamba-NYA. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ    اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ  وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ 

"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."
QS. Ar-Ra'd[13]:11

Tentu berbeda antara pejuang, penonton, apalagi penentang tegaknya syariat Islam. Allahu Akbar. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama