Oleh Sumiyati
Aktivis Muslimah


Baru-baru ini Kembali terjadi bunuh diri yang dilakukan oleh seorang perempuan berinisial MPD usia (21 tahun) di salah satu apartemen Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. MPD merupakan mahasiswi UI yang akan melaksanakan wisuda beberapa hari sebelum melakukan aksi bunuh diri. MPD diduga melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen. (Kompas.com, 12/3/2023) 

Merujuk data SRS pada tahun 2018, yang sudah disesuaikan dengan estimasi kelengkapan survei 55%, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia sebesar 1,12 per 100.000 penduduk. Menurut Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia pada 2018 adalah 267,1 juta jiwa. Ini berarti ada 2.992 kematian akibat bunuh diri di tahun tersebut.

Peneliti di Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, Yuslely Usman. Beliau mengatakan dugaan bunuh diri sebenarnya lebih tinggi dari data resmi itu mungkin, mengingat SRS mencatat lebih banyak kematina daripada yang tercatat di Sistem Admin Kependudukan (Adminduk). (BBC News Indonesia, 25/1/2023)

Kasus bunuh diri kian merajalela, kasus bunuh diri mencerminkan terganggunya mental seseorang, dan pelakunya dengan beragam usia. Dalam hal ini kasus tersebut tidak akan mungkin terjadi begitu saja tampa ada faktor-faktor yang mempengaruhi para pelakunya. Baik itu faktor internal maupun eksternal. Biasanya faktor asmara, depresi, konflik keluarga, penggunaan obat terlarang, sosial dan ekonomi. Baik itu dengan cara lompat dari ketinggian, minum racun, gantung diri, dan menggunakan benda tajam. 

Kehidupan saat ini sangat menyedihkan. Sebagian besar pelakunya adalah generasi-generasi yang seharusnya melanjutkan kehidupan yang lebih baik, meraih cita-cita setinggi langit, generasi harapan agama dan bangsa. Tapi nyatanya generasinya begitu rapuh. Hal ini disebabkan kehidupan yang dijauhkan dari agama, kurikulum pendidikan tidak mendukung, dan pola asuh orang tua yang tidak maksimal. Semua mengerucut pada buruknya sistem dan penguasa yang abai atas rakyat. 

Terjadinya kasus-kasus tersebut sebagai bukti rapuhnya iman seseorang. Padahal Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling istimewa dibandingkan makhluk yang lain. Allah menciptakan akal untuk manusia berpikir hingga bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana perintah dan mana larangan. Banyak manusia saat ini Ketika menghadapi masalah tidak kembali kepada Allah, tapi malah melakukan hal yang telah dilarang. 

Terpuruknya kehidupan dalam sistem kapitalisme memang akan menjerumuskan manusia akan dosa. Maka dalam hal ini harus menguatkan keimanan kepada Allah dengan mendekatkan diri kepadanya, bersabar dalam menjalani ujian maupun permasalahan karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Mohon kemudahan, Karena Allah sudah mengatakan dalam QS. Al Insyirah: 5-6, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." Maka harus yakin dan berprasangka baik pada Allah. 

Dalam hal ini negara memiliki peran yang sangat besar dan luas dalam membentuk masyarakat yang beriman dan bertakwa. Yaitu dengan memfasilitasi masyarakat dengan tontonan yang menumbuhkan girah untuk melakukan kebaikan. Mengedukasi masyarakat dengan ilmu agama, mengedukasi para orang tua, pasangan yang baru menikah dengan parenting pola asuh anak. Hingga melahirkan generasi yang terjaga mentalnya dengan Islam menjadi generasi tangguh yang beriman dan bertakwa. 
Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama