Oleh Oktiana
Aktivis Dakwah 


Maraknya tindakan pamer kemewahan yang dilakukan keluarga pejabat akhir-akhir ini menggores luka masyarakat. Kasus istri dan anak Sekda Riau SF menjadi sorotan karena sering melakukan flexing di media sosial. Pamer kekayaan, pamer kendaraan-kendaraan mewah , dan bergaya hidup konsumtif hedonis seolah ini hal yang wajar tanpa memikirkan masyarakat kalangan bawah. 

Dilansir dari laman Berita satu.com (23/03/2023), Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PAN Guspardi Gaus meminta Mendagri Tito Karnavian bekerja sama dengan KPK dan aparat penegak hukum untuk memproses pejabat yang hartanya diduga tidak wajar. Selanjutnya menyelidiki dan menelusuri sumber kekayaan dari yang bersangkutan. 

Aksi pamer kekayaan ini membuat masyarakat kompak mencari sumber kekayaan mereka.
Hal ini sempat direspon oleh Menteri Keuangan dengan menginvestigasi 69 Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kemenkeu yang dianggap memiliki jumlah harta tidak wajar. Hasilnya, 69 PNS Kemenkeu tersebut tergolong dalam katagori menengah yang terlibat dalam transaksi janggal karena memiliki jumlah harta di atas kewajaran. (Katadata.co.id, 26/03/2023) 

Akibat Bersandar pada Sistem Kapitalis

Tidak heran jika sistem kapitalislah yang menjadi sandaran masyarakat hari ini. Sistem sekuler kapitalis yaitu sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan yang menjadikan masyarakat bebas dalam berperilaku, sehingga menimbulkan sifat konsumerisme dan hedonisme.

Banyaknya harta di era kapitalis akan menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah masyarakat. Ini adalah pola yang buruk yang diterapkan dalam sistem kapitalis, sifat individualis yang mementingkan kesenangan diri sendiri tanpa memikirkan kesusahan orang lain. Flexing merupakan sifat sombong dan ujub dan miskin adab jauh dari kriteria istri seorang pejabat. 

Wajar pula ketika kita melihat para pejabat dan keluarganya pamer kekayaan dan gemerlapnya kehidupan mereka. Sampai lupa bahwa mereka merupakan pelayan rakyat, dan lupa bahwa yang menggaji mereka adalah rakyat,
harusnya para pejabat tahu diri mereka digaji dari uang masyarakat itu untuk menjalankan amanah sebaik-baiknya, bukan malah memperkaya diri mereka saja.

Ironisnya dalam sistem sekuler kapitalis ini mereka yang berkuasa seakan tidak biasa hidup sederhana. Begitulah potret buram para pejabat di negeri ini. Negeri yang masih memakai sistem sekuler kapitalis dimana sistem yang seharusnya ditinggalkan,  tetapi masih diterapkan hingga saat ini. 

Bagaimana Islam Memandang dan Bagaimana Solusinya?

Islam adalah agama yang sempurna dan mengatur kehidupan secara menyeluruh.
Islam pun mengatur pemanfaatan harta yang dimiliki oleh seseorang, dan Islam melarang seseorang untuk memamerkan harta yang dimilikinya.

Perilaku flexing (pamer harta) amat dilarang sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam surat Lukman ayat 18: 

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ 

"Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri." 

Sementara itu, dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah saw. bersabda, Allah SWT mengancam akan menghinakan dan menghilangkan pahala bagi para pelaku flexing. Ketika hari kiamat telah tiba, maka akan ada suara memanggil: “Dimanakah orang yang suka pamer? Dimanakah orang yang ikhlas? Berdirilah kalian semua! Tunjukkan amal perbuatan kalian, dan ambilah pahala-pahala kalian dari Tuhan kalian semua. 

Dari penjelasan di atas maka diambil kesimpulan bahwa perilaku flexing atau pamer harta merupakan suatu kesombongan. Sombong adalah perbuatan yang amat terlarang dalam Islam dan pelakunya mendapat ancaman berupa keterhinaan dalam kehidupan akhirat berupa hilangnya semua pahala amalannya. 

Sudah semestinya kita kembali pada sistem Islam. Pejabat negara yang bertakwa lahir dari sistem yang menyandarkan seluruh aktivitasnya di bawah pengawasan Allah swt.

Di dalam sistem Islam pejabat sangat menyelami perannya sebagai pelayan dan pengurus untuk rakyatnya, karena sudah pasti mereka tahu nantinya akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah swt. sehingga para pejabat sangat mengayomi rakyatnya.

Bekerja semata-mata untuk meraih pahala dan rida Allah, bukan untuk pencitraan dan bukan untuk memperkaya diri seperti yang terjadi di sistem sekarang ini.
Jadi, Hanya dengan sistem Islam semua problematika akan terselesaikan. 
Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama