Oleh Arda Sya'roni 


After Rain Becomes Sunshine atau dalam Bahasa Belandanya Door Duisternis Tot Licht. Sedang dalam Bahasa Arabnya Minazh zhulumaati Illan nuur. Kira-kira dalam Bahasa Indonesia apa ya artinya? Yups, benar sekali dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang. 

Habis Gelap Terbitlah Terang, sebuah buku karya R.A Kartini yang telah kita kenal sebelumnya. Buku ini diklaim sebagai salah satu bentuk emansipasi wanita, dimana wanita tak lagi terkungkung di rumah. Wanita tak hanya boleh bersekolah, mengekspresikan diri, bekerja di luar rumah, tapi wanita juga berhak untuk memposisikan dirinya sejajar dengan pria bahkan diperbolehkan untuk turut andil dalam sebuah kepemimpinan.

Namun, benarkah tujuan R.A Kartini adalah demikian?

Dalam sejarahnya, R.A Kartini adalah salah seorang murid dari K.H Shaleh Darat. R.A. Kartini menemui dan belajar langsung pada K.H Shaleh Darat. Pada pertemuannya dengan K.H Shaleh Darat, R.A Kartini mengajukan sebuah pertanyaan tentang bagaimana hukumnya apabila seseorang yang berilmu menyembunyikan ilmunya?

Sang Kiai pun menanyakan kembali mengapa bertanya demikian. R.A Kartini kemudian menjawab, ”Selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al Qur'an yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Namun, bukan buatan rasa syukur hati aku pada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Qur'an itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"

Jawaban R.A Kartini inipun menggelitik hati K.H Shaleh Darat untuk kemudian menerjemahkan Al Qur'an dalam Bahasa Jawa. Namun, sangat disayangkan karena KH Shaleh Darat hanya mampu menerjemahkan hingga Surat Ibrahim pada Juz 13, karena maut terlebih dahulu menjemput beliau sebelum penerjemahan khatam dilakukan.

Dengan tekun R.A Kartini menyimak terjemahan Al Qur'an dari K.H Shaleh Darat. R.A Kartini terpaku pada terjemahan dari surat Al Baqarah 257:  

”Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

R.A Kartini merasakan sekali cahaya Islam yang menyinari kalbunya telah membawanya dari kegelapan (kebodohan) menuju kehidupan terang benderang. Betapa cahaya Islam mampu mengubah seseorang menjadi pribadi cerdas dan mulia. Karena perubahan yang dirasa itulah mendorong Kartini muda untuk mengajak wanita Indonesia lebih cerdas dengan belajar membaca dan menulis. Dengan membaca dan menulis akan memberikan kesempatan wanita Indonesia membuka wawasan lebih luas, bukan untuk mensejajarkan posisinya dengan kaum lelaki, tetapi lebih pada fungsi utamanya sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak. 

Kartini muda sadar betul bahwa kaum ibu memegang peranan besar dalam mencetak generasi gemilang di masa mendatang. Sebuah peradaban akan dimulai dengan cerdasnya seorang ibu. Sebaliknya hancurnya sebuah peradaban juga berasal dari rusaknya seorang ibu.

Seorang anak tidaklah membutuhkan seorang ibu yang cantik, tapi lebih membutuhkan seorang ibu yang salihah, cerdas, berilmu dan berakhlak mulia. Seorang ibu yang bisa menjadi panutan baginya serta yang akan mengantarkannya ke pintu surga. Lantas, bagaimana seorang ibu bisa menjadi panutan yang baik bagi sang anak bila sang ibu tak pernah belajar dan menggali ilmu agama lebih dalam?

Perubahan Peradaban Dimulai dari Perubahan Pemahaman

Di sinilah pintu hati Kartini muda terketuk. Pilu hati saat menyaksikan wanita-wanita Indonesia tak diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan, bahkan hanya untuk sekedar bisa membaca dan menulis saja tak diberi kesempatan. Lalu, bagaimana bisa para wanita ini akan mengantarkan pada peradaban gemilang di masa mendatang? Bukankah, sebuah perubahan peradaban hanya bisa didapat dari adanya perubahan pemahaman dari suatu masyarakat? Namun, tentu hanya pemahaman yang shahihlah yang akan mewujudkan perubahan yang lebih baik. Pemahaman shahih ini didapat hanya bila telah terbentuk pola pikir islami (fikriyah islamiyah) serta pola sikap islami (nafsiyah islamiyah) sehingga akan terlahir kepribadian islami (syaksiyah islamiyab) pada tiap diri individu. 

Adapun pemahaman sahih hanya didapat bila fakta yang diindera oleh manusia, kemudian diolah oleh otaknya yang telah dipenuhi oleh informasi-informasi yang didapat sebelumnya. Informasi yang didapat sebelumnya atau yang lebih dikenal dengan maklumatul sabiqah ini haruslah informasi shahih yang didasarkan pada dalil-dalil jelas dan sahih pula. Bila proses pengolahan fakta di otak telah disandarkan pada dalil sahih, maka pemahaman shahih pun akan didapat. Dan tentu saja proses pemahaman seperti ini tak didapatkan semudah mengolah mie instan, haruslah melalui proses yang panjang yang tak  mudah. Karenanya, kita sebagai seorang muslimah diwajibkan untuk terus belajar dan belajar melalui majelis-majelis ilmu. Seperti halnya tercantum pada hadis berikut:

 طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah dari Anas)

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama