Oleh Annisa Al Maghfirah
Pegiat Opini


Dunia kampus Indonesia hari ini berusaha menjadikan mahasiswa dan lulusan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja. Maka sejak dini, beberapa kampus giat melakukan program-program agar mempersiapkan mahasiswanya.

Universitas Halu Oleo (UHO) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengembangan Kewirausahaan dan Karir Mahasiswa (PK2M) menyelenggarakan Pelatihan Pusat Karir di Fortune Hotel Kendari selama 2 hari yakni 16-17 Oktober 2023. Dengan tema Guiding Fresh Graduate UHO to Brilliant Career Creating a Stand Out Curriculum Vitae (CV) and Interview. Kegiatan ini diharapkan dapat mempersiapkan serta membekali mahasiswa tahap akhir atau calon alumni sebelum keluar dari kampus untuk memasuki dunia kerja. (Kendaripos.co.id,18/10/2023)

Ketua PK2M UHO, Dr.Sarinah, S.P., M.Si., mengatakan bahwa target dalam pelatihan ini, bagaimana peserta mampu memahami materi- materi yang disampaikan oleh para pemateri dan mampu mengimplementasikan atau membuat CV yang baik serta mengetahui teknik- teknik interview yang benar.

Makna Pendidikan Memudar

Tak hanya pelatihan, namun kampus UHO juga telah melaksanakan Festival Wirausaha 2023 pada 23-24 Oktober lalu di Pelataran Auditorium UHO. Dan sebanyak 4 produk dari festival tersebut akan mengikuti Expo Program Kewirausahan Mahasiswa Indonesia (PKMI) di Bali tanggal 15-17 November ini.

Kegiatan yang dilaksanakan UHO ini bagian dari implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menjadi salah satu program unggulan pemerintah dalam mengatasi permasalahan dunia pendidikan tinggi saat ini, yaitu penyerapan tenaga kerja dan relevansi lulusan dengan dunia industri.

Para mahasiswa akan digenjot untuk berwirausaha dan berdayaguna bagi bangsa secara ekonomi. Sebab, inilah arah pendidikan sistem kapitalisme. Para alumni bahkan calon alumni sudah dilamar lebih dahulu ke dunia industri dan dunia kerja. Alasannya agar produktifitas terwujud dan membantu dalam  percepatan pertumbuhan ekonomi bangsa. 

Sekilas, bagai angin segar untuk para mahasiswa yang disebut agent of change. Seolah dunia kerja di depan mata. Tapi, bagaimana realitanya?

Sejatinya, banyak generasi dijadikan buruh murah para kapitalis dan mengurangi beban negara. Hal ini sekaligus menjadi bukti bahwa negara gagal memberikan kesejahteraan rakyat sehingga memanfaatkan dan membajak potensi generasi muda berorientasi mengejar materi dan dunia kerja. 

Belum lagi, dunia kerja di Indonesia yang mayoritas dikuasai asing. Banyak pula perusahaan asing yang memilih mendatangkan para pekerja dari negara mereka. Hal ini terlihat di beberapa perusahaan di Sulawesi Tenggara yang banyak mendatangkan pekerja asing dari Cina. 

Berdasarkan data Imigrasi tahun lalu, tercatat ada 1.954 orang jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). TKA tersebut tersebar di daerah-daerah pertambangan di Sultra yang mayoritas berasal dari Cina. Terbanyak ada di perusahaan tambang PT VDNI dan PT OSS yang merupakan perusahaan asal China yang bergerak di bidang smelter nikel yang terletak di Kecamatan Morosi, Kabupaten Konawe. (Mediakendari,16/11/2022)

Program MBKM sejatinya adalah program yang memang pembajakan potensi generasi. Bagaimana tidak, seharusnya pemerintah fokus dengan kebijakan pendidikan sesuai dengan tujuan dan harapan, yaitu menjadikan generasi unggul yang cerdas, beriman dan bertakwa. Sayangnya, dalam program MBKM nampak jelas adanya liberalisasi pendidikan dan justru berpihak pada kepentingan korporasi dan asing. 

Dalam program MBKM potensi generasi hanya diarahkan menjadi pekerja yang berkiblat pada kepentingan industri kapitalis, bukan diarahkan menjadi generasi calon-calon pemimpin umat dan penerus peradaban. 

Inilah wajah sistem pendidikan kapitalisme yang orientasi utamanya adalah pencapaian materi. Generasi akan dimanfaatkan untuk kepentingan para kapitalis. Sangat berbeda dengan Islam yang menerapkan sistem pendidikan Islam dengan landasan akidah Islam. 

Islam Cetak Generasi Unggul

Dalam Islam, generasi dan peserta didik akan fokus pada peningkatan ilmu dan tsaqafah. Generasi pun tidak dipusingkan dengan biaya studi bahkan biaya hidup. Semua pembiayaan menjadi tanggung jawab negara dengan pendanaan dari baitul mal. Hal itu sebab pendidikan adalah salah satu kebutuhan mendasar rakyat dan sudah kewajiban negara untuk menyiapkannya. Bahkan dalam Islam, jika seorang pemuda (laki-laki) tak bekerja, negara akan menyiapkan lapangan kerja. 

Negara dalam sistem Islam akan memfasilitasi generasi dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sarana penunjang, buku-buku dan segala yang terkait dengan hajat pendidikan. Hasilnya para alumni akan menggunakan ilmu dan tsaqafahnya untuk kemaslahatan umat dan peradaban islam bukan justru menjadi tenaga kerja untuk peningkatan perekonomian bangsa semata.

Keberhasilan sistem pendidikan Islam bukan sekadar dongeng. Akan tetapi, kegemilangannya telah tercatat dalam lembaran sejarah dunia. Siapa pun tidak dapat membantah sejarah ini bahkan peradaban Barat berutang banyak pada peradaban Islam.

Siapa yang tidak kenal Ibnu Sina? Beliau salah satu ilmuwan muslim, selain ahli fikih, juga terkenal sebagai Bapak Kedokteran. Buku Al-Qanun fi ath-Thibb merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap yang menjadi referensi utama pada fakultas kedokteran di berbagai universitas di Eropa hingga abad ke-14.

Seorang nonmuslim peneliti sejarah, Nicholson, mengatakan berbagai penemuan yang ada saat ini tidak akan menjadi sesuatu yang pantas kita ingat, seandainya kita tidak merasa berutang budi atas semua ini kepada para peneliti bangsa Arab yang telah menjadi obor yang begitu terang selama abad pertengahan yang diliputi kegelapan, terutama di Eropa.
Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama