Oleh Ummu Aulia 
Aktivis Dakwah Muslimah


Marhaban ya Ramadan. Ramadan bulan penuh keberkahan, ketenangan serta kenyamanan. Namun, Ramadan kali ini banyak masalah yang mengusik kekhusyukan kaum muslim untuk beribadah. Diantaranya, peristiwa kezaliman yang dialami muslim Palestina, Rohingya, Uighur, dan lainnya yang tidak tersorot media.

Demikian pula Indonesia, memasuki Ramadan masih tak lepas dari kezaliman. Seolah tradisi, umat selalu dihantui dengan naiknya harga kebutuhan pokok yang ekstrem. Kondisi ini tentu memberatkan dan merisaukan masyarakat, padahal seharusnya bisa lebih fokus beribadah dalam bulan Ramadan.

Layaknya situasi musiman seperti tahun-tahun sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan, imbas naiknya angka permintaan. Adapun, beberapa komoditas yang berpotensi naik diantaranya, beras, daging ayam, minyak goreng, dan gula pasir. Kenaikan harga beberapa komoditas tersebut akan meningkatkan inflasi secara umum. (CNBC Indonesia, 01/03/2023).

Efek Ekonomi Kapitalis

Inilah potret negeri yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis yaitu sebuah sistem yang memberikan kebebasan kendali ekonominya pada individu atau swasta untuk menghasilkan keuntungan. Pihak swasta yang dimaksud adalah masyarakat, perusahaan atau perorangan. Sedangkan, kapitalis adalah pihak swasta yang memiliki modal besar.

Alhasil kebijakan yang sejatinya tidak berpihak pada kepentingan rakyat malah didukung dan diamini. Penguasa terkesan kalah cepat mengantisipasi masalah peningkatan harga komoditas pangan sehingga memicu inflasi. Bahkan semangat bersedekah dan berbagi di bulan suci yang bisa menaikkan tingkat permintaan, dimanfaatkan para kapitalis sebagai masa panen uang.

Tak cukup sampai di situ, dalam bidang pangan selain meningkatnya permintaan barang ada faktor yang mempengaruhi yakni naiknya harga pupuk, pencabutan subsidi pupuk, alih fungsi lahan bahkan perusahaan induk yang memiliki anak perusahaan menguasai bisnis pangan dari tingkat atas sampai bawah. Maka rakyatlah yang menjadi korban yang merupakan konsumen komoditas pangan.

Ramadan Mulia dengan Khilafah

Berbeda dengan sistem Khilafah, Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadan dengan memperbaiki amal dan banyak ibadah. Dalam Khilafah, umat benar-benar diperintahkan supaya khusyuk dalam beribadah, dengan memberikan edukasi berkelanjutan sehingga ibadah Ramadan dilaksanakan penuh kesadaran dan pemahaman yang benar.

Selain itu, semua kebutuhan pokok akan dipenuhi per individu oleh Khilafah. Khilafah menjamin mekanisme pasar yang sesuai syariat dan menghilangkan praktik maupun pelaku ekonomi yang ingin mengeruk keuntungan semata.

Khilafah juga memudahkan rakyat dalam menjalani ibadah Ramadan, mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih rida Allah dan nyaman menjalankan ibadah puasa. Khilafah mendorong umatnya untuk bersegera dalam kebaikan sesuai tuntunan Allah dan Rasul. Dalam hal ini wajib bagi umat untuk memahami Islam secara utuh dalam institusi Khilafah demi terciptanya negeri yang baldatun thayyiibatun wa Rabbun Ghaffur. Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama