Oleh  Alfaqir Nuuihya
Ibu Pemerhati Sosial


Kebrutalan Zionis dan penderitaan yang tengah dialami oleh saudara kita di Palestina adalah topik yang tidak akan pernah lekang selama solusi tepat belum dilaksanakan. 

Empat bulan berlalu, keganasan Zionis semakin menjadi dan berani karena didukung penuh oleh sekutunya yaitu Amerika, Jerman, Perancis dan Inggris berupa keuangan dan militer yang semakin terbuka. 

Kondisi ini diperparah dengan sikap diam negara-negara Islam Arab, pantaslah arogansi Zionis semakin kasatmata. 

Dikutip dari republik.co.id (29/12/2023), total jurnalis yang telah syahid mencapai 105 orang, dan jumlah ini terus bertambah. Saat tulisan ini dibuat sebanyak 117 jurnalis telah syahid. 

Jika kita melihat aturan perang di dunia, Zionis adalah contoh pelaku perang yang paling banyak melanggar. Salah satu aturan perang yang dilanggar adalah membunuh jurnalis, tim kesehatan, pemuka agama, bahkan warga sipil dari kalangan anak-anak dan wanita. 

Serangan membabi buta Zionis semakin kentara, kala rumah sakit menjadi target pengeboman mereka dengan tuduhan rumah sakit menjadi sarang persembunyian pejuang Hamas. Bahkan yang lebih biadab mereka mencuri organ tubuh para syuhada yang telah mereka bunuh di Jalur Gaza, bahkan memperjualbelikannya. 

Selain fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, dan rumah ibadah tak luput menjadi target pengeboman entitas penjajah Israel. Padahal jika mengacu pada hukum internasional, yang dirilis oleh PBB, menyerang fasilitas kesehatan dan pendidikan adalah pelanggaran berat menurut Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1948.

Begitu pun penggunaan fosfor putih oleh Zionis, yang mampu meluluhlantakkan penduduk Gaza. Fosfor putih merupakan bahan kimia yang sangat berbahaya jika bersentuhan dengan manusia. Bahan kimia yang mampu menghasilkan panas hingga 815 derajat Celsius. 

Saat partikel ini terbakar dan menyentuh kulit manusia dengan cepat mampu menembus kulit dalam dan dengan cepat membakar area tubuh yang terpapar, bahkan mampu meluluhlantakkan hingga ke tulang.
 
Jika mengacu kembali pada hukum internasional, penggunaan fosfor putih dalam konflik bersenjata adalah dilarang. Seperti disebutkan dalam pasal 23 ayat 1,2, dan 4 konvensi Den Haag 1907.

Ironis, bahkan deretan panjang pelanggaran yang dilakukan Zionis tidak membuat negara-negara besar memutuskan untuk menghentikan keganasannya. Organisasi-organisasi internasional bahkan penguasa negara-negara Islam Arab tidak bisa dijadikan tumpuan harapan oleh Palestina. Sebab pada faktanya, merekalah yang bertanggung jawab atas pendudukan Zionis di Palestina.  

Bahkan Amerika, negara yang sangat menjunjung HAM, atau PBB sebagai organisasi terbesar dunia, nyatanya mereka bungkam atas kebiadaban Zionis ini. Omong kosong, jika kita masih mengharapkan PBB, Amerika, atau negara Eropa lainnya untuk bisa menyelesaikan persoalan Palestina. Begitupun negara Islam Arab, sebab jelas mereka lebih patuh terhadap PBB dan konvensi Jenewa di satu sisi mencampakkan hukum Allah. 

Sejatinya, merekalah dalang di balik keberanian Zionis dalam melancarkan aksi brutalnya di Palestina. 
Menyedihkan, entitas sekecil Zionis mampu melakukan genosida terhadap Palestina. Padahal secara geografis, Palestina dikelilingi negara-negara muslim yang lebih besar dari Yahudi.
 
Nasionalisme telah mampu memisahkan tubuh setiap muslim, menghancurkan persaudaraan karena telah tersandera oleh penjajahan. 

Bentuk pengkhianatan lain negeri-negeri muslim adalah memilih menyerahkan permasalahan Palestina terhadap PBB. Padahal jelas terbukti, PBB tidak bisa menjalankan visi misi seperti motonya sendiri. Justru ketika mereka menawarkan two state solution, solusi yang bermakna mengakui entitas Yahudi, solusi yang mengharuskan pembagian aset Palestina terhadap penjajah. Solusi yang secara tidak langsung membenarkan perbuatan mereka. 

Two state solution adalah solusi yang bertentangan dengan Netanyahu sendiri. Dia mengatakan Israel harus mencakup seluruh wilayah Palestina dari sungai hingga laut. Bukti bahwa Zionis hanya ingin mengendalikan Palestina secara menyeluruh dan secara terbuka berniat membumihanguskan penduduk Palestina. 

Palestina membutuhkan peran kita yang sesungguhnya sebagai saudara seakidah. Kita tetap mendukung mereka dengan terus menyuarakan kebenaran, julid fi sabilillah, mengirimkan bantuan, bahkan meng-counter propaganda penjajah, serta boikot produk-produk mereka. 
Hanya saja, harus segera kita sadari dan pahami bahwa kemerdekaan Palestina membutuhkan adanya institusi negara. 

Institusi yang mampu menyatukan kekuatan umat Islam, di bawah ideologi yang sama sehingga mampu mengirimkan militer untuk mengusir Zionis Israel. 

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama