Oleh Hasni Surahman
Aktivis Muslimah


Sandang pangan merupakan faktor penentu keberlangsungan hidup manusia di muka bumi. Namun hari ini untuk mendapatkanya membutuhkan effort yang luar biasa, ditengah himpitan ekonomi yang makin tercekik, mewabah ditengah masyarakat. Mulai Juni 2024, Pemerintah resmi tetapkan relaksasi harga eceran tertinggi (HET) beras, baik premium dan medium. (Bisnis.com, 24/5/2024)
 
Komoditi beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia meskipun ada makanan pengganti seperti jagung. Namun lidah masyarakat pada umumnya telah terbiasa mengkonsumsinya. Separuh dari populasi masyarakat negeri ini berprofesi sebagai pekerja serabutan yang penghasilanya tidak menentu. 
Walhasil lonjakan HET beras semakin menyengsarakan masyarakat, ditambah dengan lesunya perekonomian, juga maraknya pekerja yang di PHK ditambah dengan tingginya angka kemiskinan. 

Kenaikan HET beras ini juga tidak membuat para petani hidupnya sejahtera, alasanya saat ini distribusi beras dikuasai oleh segelintir pengusaha konglomerat.
Meskipun pemerintah gencar mengiimpor jutaan ton beras, harga beras tidak kunjung turun penyebabnya dari penguasaan pasar beras oleh swasta. Narasi ini diperkuat oleh penjelasan dari Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti bahwa kenaikan harga beras disebabkan pasokan beras yang terbatas. Juga dominansi pasar beras di negeri ini yang dikuasai oleh segelintir konglomerat, sehingga naik hingga turunya harga beras dari mereka oligopoli (9 naga). 
(Bisnis.com, 9/2/2024)

Konglomerat yang menguasai pasar beras saat ini menjadi penentu harga di saat pasokan beras dalam kondisi terbatas. Sementara market share beras: market share sebuah acuan sederhana untuk mengukur keberhasilan bisnis. Siapa yang berhasil menguasai pasar lebih luas, maka perusahaan itulah yang terbaik di antara kompetitornya. Negara dalam hal ini (Bulog) skill market share masih minim.
 
Islam menjadikan negara bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, termasuk beras. Jika hari ini Indonesia mengalami masalah ketahanan pangan maka solusinya telah ditawarkan oleh Islam sejak erah kekhalifahan Umar bin Khatab. Pemimpin negara ini melakukan penerapan sistem ketahanan pangan. Beliau menerapkan inovasi soal irigasi untuk mengairi area perkebunan. Kawasan delta Sungai Eufrat dan Tigris serta daerah rawa dikelola dengan dikeringkan menjadi lahan pertanian. 

Selain itu, Beliau juga memberlakukan pengendalian suplai pangan. Hal ini terlihat ketika musim paceklik melanda Hijaz, beliau memerintahkan Gubernur Mesir Amr bin al-Ash, agar mengirimkan pasokan makanan melalui jalur laut. Mahalnya harga pangan saat ini menunjukkan negara gagal menjamin kebutuhan pangan murah. Negara harusnya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga beras, dan harus mengembalikan kendali penguasan beras di tangan negara bukan perusahaan. 

Sebab pada hakikatnya sebuah negara hadir sebagai pelayan yang bersedia memenuhi semua kebutuhan majikanya (warga negara) bukan sebaliknya. 

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama