Oleh  Leihana 
Ibu Pemerhati Umat


"All Eyes on Rafah", jargon tersebut mulai muncul ke permukaan di berbagai platform media sosial sejak kekejaman penjajah Israel terhadap warga Palestina yang terpojok di Rafah. Banyak kalangan dari kaum muslimin maupun nonmuslim, dari rakyat biasa, artis, pejabat, dan orang-orang berpengaruh menyuarakan jargon tersebut, tetapi tidak memiliki dampak langsung untuk menghentikan kebiadaban penjajah Israel di Rafah tersebut.

Seyogianya, jargon hanya sebatas jargon belaka, tanpa ada tindakan nyata yang menghentikan serangan fisik penjajah Israel. Realitasnya, justru seluruh dunia menutup mata pada penderitaan warga Palestina.

Seperti yang dikutip dari BBC.com – Gambar bertuliskan "All Eyes on Rafah" tengah menjadi perbincangan di media sosial. Disebutkan bahwa unggahan tersebut telah diunggah 47 juta kali di platform Instagram termasuk diunggah juga oleh beberapa selebritas dunia seperti Dua Lipa, Lewis Hamilton, Gigi Hadid, dan Bella Hadid.

Unggahan itu benar-benar menjadi perhatian banyak kalangan terutama setelah serangan udara Israel yang memicu kebakaran di kamp-kamp pengungsian warga Palestina di Rafah, Gaza Selatan pada awal pekan akhir bulan Mei 2024.  

Sebenarnya jargon tersebut pertama kali disampaikan pada video Richard Peeperkorn, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di wilayah Palestina yang diduduki Israel yang menanggapi serangan udara Israel di Rafah dengan jargon "All eyes on Rafah". (BBC.com, 31 Mei 2024)

Menanggapi seruan dunia '"All Eyes on Rafah" tersebut muncul aksi demontrasi di berbagai negara termasuk juga terjadi di Tanah Air salah satunya aksi demontrasi bertajuk "Bela Palestina" juga dilangsungkan oleh ribuan massa dari berbagai ormas Islam yang melakukan long march dari Monumen Patung Kuda menuju kantor Dubes AS. Aksi tersebut menyerukan agar penjajah Israel beserta sekutunya yaitu AS untuk menghentikan serangan genosida terhadap warga Palestina yang sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak.(motrotvnews.com, 8 Juni 2024)

Maraknya berbagai aksi pro palestina di berbagai penjuru dunia harus dimanfaatkan untuk membangun kesadaran umat bahwa solusi hakiki Palestina adalah dengan jihad kaum muslimin dan tegaknya Khilafah. 

Sebab, perhatian besar masyarakat dunia, khususnya kaum muslimin belum mengarah kepada solusi mendasar. Seruan hanyalah sebatas seruan tidak memberikan bekas dan pengaruh hingga para penguasa di negeri-negeri muslim mengerahkan pasukan militernya untuk menghentikan serangan penjajah Israel.
 
Termasuk seruan untuk memboikot beberapa produk dari perusahaan yang menyokong serangan penjajag Israel ke Palestina pun tidak bisa menghentikan langkah Israel untuk melakukan genosida terhadap warga Palestina.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan solusi yang mendasar dan menyeluruh wajib mermbangun kesadaran pada semua komponen umat. Bahwa solusi hakiki akan terwujud ketika Khilafah menjadi opini umum di tengah dunia.

Sebab, permasalahan utama mengapa Palestina bertahun-tahun menjadi objek serangan penjajah Israel adalah tidak adanya kepemimpinan dunia atas seluruh umat Islam. Umat Islam terpecah belah oleh nasionalisme kebangsaan di berbagai negara yang memiliki hambatan masing-masing untuk bersatu membela Palestina dalam bentuk bantuan  tentara militer. 

Keberadaan Khilafah sebagai satu-satunya bentuk kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang mampu menyatukan umat Islam di seluruh dunia menjadi solusi satu-satunya untuk membebaskan warga Palestina dari serangan Israel.

Upaya penyadaran umat harus terus berjalan dan dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif  di seluruh dunia. Ketika masyarakat dunia khususnya umat Islam menemui jalan buntu untuk membantu saudara muslim di Palestina–melalui aksi dan upaya boikot–bisa jadi membuat mereka berpikir untuk mencari solusi hakikinya. 

Untuk itu momen saat ini adalah peluang yang sangat besar untuk memberikan penyadaran di tengah-tengah umat bahwa solusi satu-satunya untuk menyelamatkan saudara muslim di Palestina adalah kembalinya menerapkan sistem syariat Islam secara kafah di bawah naungan Khilafah.

Upaya tersebut harus dilakukan agar umat Islam  memiliki pemahaman yang sahih  sehingga umat, terus bergerak dan berdakwah bersama-sama dengan tujuan yang sama. Sebagai bukti bahwa Khilafah akan menjadi solusi satu-satunya adalah catatan sejarah yang telah mengukir bagaimana kota suci Palestina dibebaskan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khattab yaitu pemimpin institusi Khilafah saat itu. 

Selain itu ketika negeri Palestina kembali direbut oleh tentara salib, Khalifah Salahuddin Al Ayyubi pun merebutnya kembali karena sejak Umar bin Khattab membebaskan Palestina adalah negeri milik umat Islam hingga hari akhir.

Penjajah Israel sendiri tidak takut dan paham dengan seruan diplomasi atau gerakan boikot semata, mereka hanya akan berhenti jika diusir paksa dan diserang balik dengan kekuatan fisik yang sepadan. Gerakan-gerakan jihad yang ada di Palestina saat ini belum sebanding dengan kekuatan Israel yang ditopang oleh negara besar seperti AS. Sehingga butuh gerakan jihad yang dipimpin oleh pemimpin umat Islam sedunia yaitu khalifah dari Khilafah yang akan tegak kembali.
 
Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama