Oleh Hasni Surahman
Pendidik


Jika semua kaum muslim melihat dengan jernih Islam dengan syariat-Nya, maka hanya akan ada satu kesimpulan yaitu Islam sempurna dan parinpurna tidak ada yang menyayanginya. Dari setiap perubahan zaman, Islam akan relevan denganya.

Setelah Islam jaya di tangan Rasulullah saw, kemudian Kepemimpinan Islam diganti dan dipegang oleh Khulafaur Rasyidin (Periode Khulafaur Rasyidin adalah periode kekhalifahan Islam pertama). 

Sahabat nabi Muhammad Saw seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H atau 632-634 M), Umar bin Khattab (13-23 H atau 634-644 M), Utsman bin Affan (23-35 H atau 644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (35-40 H atau 656-661 M). Merupakan para Khulafaur Rasyidin (penerus tonggak kepemimpinan pasca nabi wafat).

Para Khulafaur Rasyidin tersebut memiliki kualitas yang tinggi dan baik dengan sifat yang arif nan bijaksana, berilmu luas dan mendalam, berani bertindak, berkemauan keras, berwibawa, belas kasihan dan kasih sayang, berilmu agama yang sangat luas, dalam melaksanakan hukum-hukum Islam.

Kekhalifahan Islam masa Khulafaur Rasyidin diyatakan selesai pasca wafatnya Ali bin Abi Thalib. Kemudian diteruskan dengan Periode Kekhalifahan Islam: Bani Umayyah (661-750 M). Bani Umayyah telah mencapai berbagai kemajuan dalam bidang militer, kekuasaan, sastra, ilmu pengetahuan, sosial, budaya, politik, dan pemerintahan.Umayyah telah memberikan sumbangsih besar bagi perdabaan Islam.

Kekhalifahan Islam: Bani Abbasiyah (750-1258). Periode Bani Abbasiyah, merupakan kunci peradaban dimana perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan seni cukup pesat. Bani Abbasiyah mencapai puncak kejayaan dan kegemilangan di masa kepemimpinan Harun Al Rasyid (786-809 M). Baghdad menjadi mercusuar pusat perdagangan dunia.

Kemudian Periode Kekhalifahan Islam: Dinasti Utsmaniyah (1300-1922 M).  Kekhalifahan Utsmaniyah berdiri dan penguasa pertamanya yaitu : Osman Ghazali dengan gelar Osman I (1299-1326 M). Dalam kurun waktu enam abad lebih berkuasa, Dinasti Utsmaniyah berhasil menguasai beberapa negara wilayah diantaranya Asia, Afrika, dan Eropa Timur. Dinasti Utsmaniyah berakhir dengan Mahmud II (1918-1922 M) sebagai penguasa terakhir.

Kekhalifahan Turki Utsmaniyah resmi berakhir di tangan Mustafa Kemal pada 1924, seorang agen Barat yang sekuler. Sejak pembubaran Kekhalifahan Turki Utsmaniyah ini tidak ada lagi institusi Islam yang berdiri untuk kepentingan kaum muslim. Yang ada hanyalah negara-negara pecahan yang berdiri untuk kepentingan bangsanya sendiri (nation state) dan Barat.

Intrik sejarah dan peradaban Islam ada pasang surutnya menandakan bahwa setiap kepemimpinan juga manusia biasa yang tentunya tidak luput dari kesalahan dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun peradaban Islam layak untuk dikagumi sepanjang sejarah dan oleh semua umat manusia. Ibnu Tumlus di Alcira (ilmuwan Barat dalam bidang ilmu ukur, ahli musik, ilmu bintang, dan aritmatika) beliau mengatakan bahwa ''Orang Islam telah jauh melampaui kepandaian orang-orang Barat.''

Ilmu filsafat yang ditulis dua filsuf Barat kenamaan, Raymond Lull dan Raymond Martin, sebagian besar merupakan buah pikiran ahli filsafat Islam, yaitu Ibnu Rusyd dan Al-Ghazali.'' Selanjutnya Isaac Newton (1643-1727). Newton, merupakan bapak perumus teori grafitasi, kalkulus, dan optik Newton mengatakan "Saya berdiri di pundak para raksasa". Di antara "raksasa" tersebut adalah Muslim.

Di perpustakaan Newton, ditemukan karya-karya Ibnu al-Haytham, Jabir al Hayyan, dan Ibn Tufail. Jejak empirisme dan telaah optik dari Ibnu al-Haytham disebut nampak jelas dalam karya-karyanya. Ibnu al-Haytham (Alhazen) merupakan seorang ilmuwan yang berasal dari Basrah, ia hidup di bawah dinasti Abbasiyah ia merupakan satu di antara para ilmuwan muslim yang kontribusinya pada ilmu pengetahuan cukup besar.

Alhazen seorang, ilmuwan pertama, yang menemukan teori dasar optik fisiologis : prinsip optik mata dan penglihatan. Tokoh Barat Nasser Pouyaan, pada jurnalnya yang berjudul Alhazen, the Founder of Physiological Optics and Spectacles,  mengagumi kehebatan dan kecerdasar ilmuwan Basrah ini. Sebab dari teori Alhazen, manusia hari ini mengenal kamera obscura teori ini terinspirasi setelah membaca ayat Al-Qur’an tentang kusuf (gerhana).

Selain Alhazen ada lagi Abu Abdullah Muhamad Al-Idrisi iya merupakan ahli kartografi (pembuatan peta) dalam Islam. Al-Idrisi mampu menggambarkan dunia pra industri yang membentang dari Samudera Atlantik hingga Pasifik. Kemampuannya dalam geografi tak perlu diragukan lagi. 

Buku karya Chase F Robinson, Al Idrisi (Islamic Civilization in Thirty Lives), mampu menyajikan wilayah geografis yang sebelumnya tidak terbayangkan oleh para pembacanya, yang menjungkir balikkan mata angin, dan menelanjangi opini yang diterima begitu saja oleh manusia modern. 

Para pemikir, ilmuwan dan ulama, sekaligus para Khalifah (Kepala Negara), hebat yang menginspirasi diatas mereka semua lahir dan dibentuk dari sebuah Peradaban hebat yaitu Peradaban Islam pada semua Periode Kekhalifahan Islam. Ditengah krisis perang tidak berkesudahan di Palestina ghari ini, juga kesenjangan sosial, dan tidak adanya kepastian hukum yang menimpah negeri-negeri kaum muslim maupun seluruh dunia ini. Maka siapa saja pasti merindukan kepemimpinan yang mampuh menjadi problem solver.

Ditengah semua uslub yang menemui jalan buntu (seruan, aksi, diplomasi, hingga boikot memboikot). Maka wajarlah bahwa Perang di Palestina hanya bisa diakhiri dengan satu seruan komando yang di Pimpin oleh Pemimpin yang mempunyai jiwa kasatria yang ketundukanya hanya pada Penciptanya bukan pada para cukong Barat (AS dan Sekutunya).

Pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya (sandang, papan, pangan), terpenuhi pembiayaan gratis pada bidang pendidikan hingga kesehatan, paham akan geopolitik dunia. Dan yang lebih utama adalah setiap kebijakanya lahir dari aturan sang Pencipta, maka lihatlah dalam setiap periode peradaban Islam buminya Allah Swt makmurkan hasil alam yang melimpah dari laut dan darat yang kesemuanya dikelola sebaik mungkin untuk kepentingan bersama tidak seperti hari ini yang justru sumber daya alamnya (SDA) dikelola segelintir orang elit yang memperkaya dirinya sendiri. 

Pengaturan luar biasa dalam Peradaban Islam inilah yang menjadi inspirasi bagi orang nomor satu negeri Ini (Presiden), dalam Tanwir Milad Muhammadiyah di Kupang Nusa Tenggara. Presiden menyampaikan kekagumannya pada peradaban Islam Khilafah Utsmaniyah yang disebutnya sebagai negara adi kuasa pada zamannya.

Kaum muslim harusnya tidak boleh menerima Islam dan syariat-Nya sebagai pihak tertuduh. Setiap kaum muslim jangan defensif opologetik ketika mengatakan Islam mundur dan Barat dan Peradabanya lebih unggul. Sejarah cukup memberikan gambaran detil bagaimana kiprah Islam mampu menjadi pionir dalam semua Peradaban yang pernah ada di dunia ini. Peradaban Islam mampu memanusiakan manusia dengan keunggulan para ilmuwan di semua bidang ilmu tanpa menyeretnya untuk lupa dengan siapa yang menciptakannya, Al-Khalik.

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama