Oleh Nur Hasanah, SKom
Aktivis Dakwah Islam
Kenyataan Pahit Anak-Anak Palestina
Setiap tahun, tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia yang diinisiasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Detik.com, 13/11/2024). Hari ini diklaim sebagai momen untuk memperjuangkan hak-hak anak di seluruh dunia. Namun, di balik perayaan ini, terdapat kenyataan pahit yang tak dapat disembunyikan, standar ganda Barat dalam memperlakukan hak anak. Di satu sisi, Barat mendengungkan pentingnya pemenuhan hak-hak anak. Namun di sisi lain, mereka justru membiarkan dan bahkan mendukung pelanggaran hak-hak anak, terutama di wilayah konflik seperti Palestina.
Di Palestina, anak-anak menghadapi situasi yang tak terbayangkan. Jangankan hak atas pendidikan, kesehatan, atau perlindungan dari kekerasan, hak hidup saja tidak dijamin. Setiap hari, anak-anak Palestina menjadi korban penjajahan brutal Zionis Israel. Mereka menghadapi serangan udara, penangkapan sewenang-wenang, dan kekerasan tanpa henti. Banyak anak kehilangan nyawa sebelum sempat melihat dunia. Menjadi korban di dalam kandungan akibat bombardir tanpa henti.
Ribuan anak Palestina telah gugur selama konflik yang berlangsung puluhan tahun. Yang masih hidup pun harus menghadapi trauma mendalam, hidup dalam ketakutan, tanpa akses yang memadai ke makanan, air bersih, dan layanan kesehatan. Ironisnya, dunia internasional, yang kerap mengangkat bendera "perlindungan anak," justru diam atau malah mendukung tindakan Israel melalui bantuan militer dan ekonomi.
Standar Ganda Barat Buah Pahit Kapitalisme dan Nasionalisme
Negara-negara besar yang sering menjadi sponsor perayaan Hari Anak Sedunia adalah pihak yang sama yang mendukung penjajahan Israel. Di sinilah tampak nyata standar ganda Barat. Mereka mengutamakan kepentingan politik, ekonomi, dan nasionalisme, mengorbankan nyawa anak-anak Palestina demi aliansi strategis.
Peringatan Hari Anak Sedunia, yang digadang sebagai simbol kepedulian terhadap masa depan anak-anak dunia, ternyata hanya menjadi kedok untuk menutupi ketidakpedulian mereka terhadap nasib 2 miliar anak usia 0–15 tahun di dunia. Bukan hanya anak-anak Palestina, tetapi juga anak-anak di berbagai wilayah konflik lain, seperti Suriah, Yaman, dan Afghanistan, yang turut menjadi korban perang, kelaparan, dan kekerasan.
Sistem kapitalisme dan nasionalisme menjadi akar dari segala permasalahan ini. Kapitalisme mendorong negara-negara untuk lebih mementingkan kepentingan ekonomi dan kekuasaan daripada hak asasi manusia, termasuk hak anak. Sementara itu, nasionalisme menciptakan batas-batas buatan yang menghalangi solidaritas global. Negara-negara hanya peduli pada kepentingan rakyatnya sendiri, mengabaikan nasib anak-anak di negara lain yang menderita.
Negara-negara Muslim, yang seharusnya menjadi pelindung umat, justru menjadi bagian dari pengkhianatan ini. Mereka lebih memilih untuk tunduk pada tekanan internasional dan menjalin hubungan dengan negara penjajah daripada membela saudara-saudara mereka di Palestina. Ini adalah bukti nyata kegagalan para penguasa Muslim dalam memenuhi amanah sebagai pelindung umat.
Pandangan Islam tentang Hak Anak
Islam memandang anak sebagai amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Anak adalah calon generasi penerus yang akan melanjutkan peradaban Islam. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian khusus terhadap pemenuhan hak-hak anak, mulai dari hak hidup, hak berkembang, hak mendapatkan pendidikan, hingga hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan.
Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab utama untuk menjamin kesejahteraan dan keselamatan anak-anak. Hal ini tidak hanya sebatas penyediaan kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan, tetapi juga mencakup perlindungan dari segala bentuk ancaman, baik fisik maupun psikologis. Anak-anak harus dibesarkan dalam lingkungan yang aman, penuh kasih sayang, dan didukung oleh sistem yang adil.
Khilafah Solusi Hakiki untuk Perlindungan Anak
Sistem Islam yang diwujudkan dalam bentuk khilafah, adalah satu-satunya sistem yang mampu menjamin hak-hak anak secara menyeluruh. Khilafah memiliki mekanisme yang komprehensif untuk melindungi anak-anak dari kezaliman, baik di tingkat keluarga, masyarakat, maupun negara.
Dalam Islam, menjaga nyawa adalah prioritas utama. Setiap individu, termasuk anak-anak, memiliki hak untuk hidup dan keamanan yang dijamin oleh negara. Bahkan dalam kondisi perang, Islam menetapkan aturan yang melarang pembunuhan anak-anak, wanita, dan orang tua.
Negara bertanggung jawab untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Selain itu, khilafah akan memastikan terpenuhinya kebutuhan dasar anak-anak, seperti makanan bergizi, air bersih, dan perawatan kesehatan.
Islam melarang segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan terhadap anak. Islam menjaga nyawa setiap manusia, termasuk anak-anak.
“Hilangnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang Muslim tanpa hak.” (HR. Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Islam juga menjaga nasab dan moralitas anak melalui sistem keluarga yang kokoh. Keluarga berperan sebagai tempat pertama bagi anak untuk mendapatkan kasih sayang, pendidikan, dan perlindungan.
Urgensi Tegaknya Khilafah
Dalam sistem saat ini, dunia tak mampu memberikan solusi yang adil bagi anak-anak. Sistem kapitalisme dan sekularisme hanya melahirkan ketidakpedulian dan ketidakadilan yang terus berulang. Sementara itu, Islam menawarkan solusi yang menyeluruh melalui penerapan syariat Islam secara kafah. Dengan tegaknya khilafah, anak-anak tidak hanya dilindungi, tetapi juga diberdayakan untuk menjadi generasi yang kuat dan berkualitas.
Sebagai rain (pelindung) dan junnah (perisai), khilafah akan menjadi benteng perlindungan bagi seluruh umat, termasuk anak-anak. Negara tidak hanya berfungsi sebagai penyedia layanan publik, tetapi juga sebagai penjaga moralitas dan pelindung dari segala bentuk ancaman. Dengan sumber daya yang besar dan aturan yang adil, khilafah mampu mengembalikan hak-hak anak yang selama ini dirampas oleh sistem yang zalim.
Hanya dengan kembali kepada Islam, anak-anak dapat benar-benar menikmati hak-hak mereka. Tegaknya khilafah bukan hanya sebuah solusi, tetapi sebuah kebutuhan mendesak untuk menyelamatkan generasi mendatang dari kehancuran yang disebabkan oleh sistem kapitalisme dan sekularisme. Islam adalah satu-satunya jalan untuk mewujudkan masa depan yang cerah bagi anak-anak dunia, termasuk anak-anak Palestina yang hingga hari ini terus berjuang untuk hidup mereka.
Wallahualam bissawab. []
Posting Komentar