Oleh Saqeena Qalby
Aktivis Dakwah
Sungguh miris, tujuh puluh tujuh mahasiswa diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan orang (TPPO) dengan kedok Ferienjob di Jerman. Direktorat Kriminal Umum (Ditkrimum) Polda Sulawesi Selatan mengatakan, bahwa mereka pada awalnya dijanjikan untuk bekerja sesuai dengan program studinya tapi kenyataannya malah dipekerjakan sebagai pekerja kasar di Jerman. (BERITASATU, 22 November 2024)
Jumlah kasus TPPO semakin meningkat terus dari waktu ke waktu. Dalam kurun waktu sebulan saja, dari 22 Oktober hingga 22 November 2024, Bareskim Polri beserta Polda dan jajaran instansi terkait telah menyelamatkan 904 orang korban TPPO dan menangkap 482 orang tersangka. Kabareskim menjelaskan, ada empat modus yang dilakukan pelaku dalam melakukan perbuatannya, mengirimkan pekerja rumah tangga ilegal, dipekerjakan menjadi PSK, dieksploitasi untuk menjadi pengantin pesanan, atau dijanjikan menjadi ABK kapal. (Tirto.id, 22 November 2024)
Mengapa kasus seperti ini semakin marak?
Faktor ekonomi menjadi salah satu penyebabnya, membuat anak-anak didik kita ingin secepatnya mencari kerja. Angka pengangguran yang semakin besar dan PHK besar-besaran membuat mereka panik dan ingin segera mendapatkan pekerjaan, agar bisa mandiri dan membantu keluarga. Sehingga ketika mendapatkan janji palsu penipu yang menawari pekerjaan, mereka langsung percaya dan menerima tanpa banyak pertimbangan.
Selain itu, sistem pendidikan Kapitalis saat ini yang berorientasi pada materi, membuka peluang terjadinya TPPO berkedok magang. Lembaga pendidikan hanya bertujuan untuk mencetak para pekerja murah yang menguntungkan para pengusaha. Hal ini berkaitan dengan orientasi negara dalam menyiapkan tenaga kerja, sementara rakyat yang tak tau apa-apa hanya menyambutnya dengan gembira.
Link and match PT dan Perusahaan yang harusnya bertujuan untuk mengasah kecerdasan dan ketrampilan saat magang, malah menjadi peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja dengan upah murah. Magang dalam pendidikan sekuler menjadi cara pembajakan potensi mahasiswa, hal ini terjadi akibat lemahnya perlindungan dan pengawasan negara terhadap kerja sama anatar kampus dan perusahaan.
Dalam sistem Islam, pendidikan adalah kewajiban, Rasulullah saw bersabda: "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim." (HR. Ibnu majah no. 224) Selain itu pendidikan juga bertujuan untuk mencetak generasi berkualitas yang mempunyai ilmu pengetahuan tinggi, paham agama dan ikut andil dalam dakwah, membantu negara menerapkan Islam kaffah.
Lihatlah pada generasi terdahulu, saat Islam diterapkan secara kaaffah, terbukti mampu melahirkan ilmuwan-ilmuwan terkemuka yang hasil karyanya masih ada dan bermanfaat hingga sekarang. Pada saat itu, Khilafah sebagai institusi yang menerapkan Islam kaaffah, bertanggung jawab penuh menyediakan sarana, prasarana, kurikulum dan lain sebagainya demi tercapainya tujuan pendidikan Islam.
Sistem ekonomi Islam akan mendukung pendidikan gratis yang berkualitas. Negara akan mengelola segala sumber ekonomi termasuk sumberdaya alam agar memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan pendidikan. Pendidikan praktis seperti magang bisa disediakan, tanpa harus bergantung pada perusahaan. Jika ada kerjasama dengan perusahaan, maka negara akan mengawasi dan melindungi agar tidak terjadi eksploitasi dan penyimpangan pada tujuan pendidikan.
Pada akhirnya, sistem Islam ini akan mengarahkan potensi mahasiswa sebagai penerus generasi, agar mampu membangun kembali peradaban mulia dan kasus-kasus seperti TPPO yang berkedok magang akan hilang dengan sendirinya.
Wallahualam bissawab. []
Posting Komentar