Oleh Tjandra Sari Sutisno, M. Pd
Pendidik SMK Negeri di Jakarta


Ipar adalah adik atau kakak dari suami/istri kita baik itu saudara tiri atau kandung. Mahluk dimana sering atau memang lebih banyak interaksi dibandingkan dengan suami/istri (rata-rata), karena kalau dia kerja dan rumah tidak terlalu jauh teman yang cocok untuk ngobrol, minta bantuan atau sekedar ingin tahu kebiasaan dia ya dengan ipar (baik dari pihak suami atau istri).

Interaksi inilah terkadang banyak, yang disalah gunakan menjadi sesuatu yang bumerang (malapetaka). Tidak adanya batasan, kurangnya ilmu bagaimana bersikap/bertindak akhirnya hanya sesuai akal pikirannya saja. Ikut-ikutan teman, melihat kebanyakan orang atau membiasakan yang salah bukan bagaimana sesungguhnya norma.

Tapi dengan viralnya atau kehebohan "ipar adalah maut", di sini kita bisa belajar menjadi tahu/paham bahwa harus waspada/menjaga hubungan. Film keluarga yang menggemparkan layar lebar Indonesia, dikutip dalam berita www.liputan6.com pada 3 Oktober 2024, pada laman web tsb. Karena ternyata banyak di luar sana yang ipar ini, posisinya sangat mengganggu/berbahaya bisa megancam rumah tangga atau keharmonisan kekeluargaan. Dunia entertaimen juga ada, ide bermunculan di kancah nasional.

Sejatinya sesama manusia pasti ingin saling, berinteraksi apalagi dia adalah saudara suami/istri kita. Ingin dekat, akrab atau hanya sekadar menanyakan kabar. Kembali lagi pada bagaimana cara pandang kita terkait hal ini, apakah kita ada pondasi yang kuat atau tidak. Dimana Allah Ta'ala sudah memerintahkan/mengingatkan kita pada Al Qur'an surat An Nisa (4) ayat 23, mana yang mahram dan bukan. Siapa yang boleh dinikahi, dan yang tidak boleh dinikahi. Mana sepupu, saudara kandung satu ibu atau hal-hal detail. Harus seperti apa kita, berinteraksi atau berhubungan kepada mereka.

Bagaimana kita bersikap (tingkah laku, berpakaian dll) kepada yang makhrom dan bukan makhrom. Batas usia berapa baligh dan harus menutup aurat, itu lah awal mulanya semua hal terjadi. Dari mata tutun ke hati, betul banget itu maka Allah Rabbul 'alamin pun menurunkan ayat terkait tundukan pandangan (QS. An Nur (24) ayat 30-31). MasyaAllah sempurnanya Islam, lengkap hukum tentang apapun yang berhubungan dengan manusia, alam dan isinya.

Maka nikmat manakah yang kau dustakan, apakah kalian mengingkari ayat-ayat sang Khalik? Golongan manakah kalian semua, berada di bawah panji Rasul atau yang lain? Ingatlah ketika, kiamat datang siapa yang akan menolong kita, serta kepada siapa kalian berlindung? 


Fenomena

Sesuatu yang haram atau makruh, (Allah azza wajalla ciptakan untuk hamba) yang prioritas dunia mengubah semuanya menjadi indah dan mengasyikan. Pernah dengar lagu bang Roma (Alm), "Mengapa yang asyik-asyik, itu diharamkan" dan lirik yang lain. Yaitulah yang terjadi pada kebanyakan orang menilai seperti itu, hal yang tidak kalian suka belum tentu Allah rida. Sebaliknya pilihlah jalan yang Allah Ridai, sebenarnya memang kitalah butuh Allah SWT.

Di sini terkadang manusia lalai, tidak mau terikat hukumNYA, abai kepada perintah/larangan dan jauh dari firmanNYA. Miris ya astaghfirullah. Semoga kita terhindar dari hal-hal tsb. Amiiin Allahuma amiiiin. Godaan setan yang luar biasa, lingkungan penuh maksiat sehingga yang ada hanya kesenangan semu belaka. Ipar, mertua/besan atau menantu semua pun bisa dijadikan sumber maksiat, bila kita menghadapinya dengan pikiran kotor. Dari manakah, pikiran tsb. Ya keseharian (kebiasaan) bertingkah laku, dari tsaqafah/pemahaman kita menyikapi kehidupan.

Bila kita terbiasa berbuat baik, maka pikiran kita pun terhindar dari hal yang kotor/tidak baik. Kita sering dzikir/shalawat, mengikuti kajian-kajian Islam, berdakwah, dekat dengan masjid, berkata akhsan/baik insyaAllah Allah sang pemilik hati menjaga kita dari perbuatan hina.


Kesimpulan

Dari penjabaran  di atas, dapat kita cermati siapa pun dia mau itu ipar atau yang lainnya kembalikanlah muara aktivitas kita tertaut kepada aturan Illahi Rabbi. Pergaulan, berpakaian, bahkan sampai pikiran pun semua bersandar pada pemilik manusia yang tahu kelemahan dan kelebihan kita.

Sandaran hidup kita apa, mau kemana setelah kematian dan esistensi keberadaan kita dari mana sih sebenarnya. Sampai kapan itu semua, apakah terus berlalu hingga tubuh ini tak lagi bergerak. Penyesalan tinggalah berakhir, dapatkah semuanya kembali sedia kala. Tidak mungkin ya, imposible hanya hayalan belaka seperti cerita dongeng. Nah, agar kelak tidak menyesal bertaubatlah niatkan semua karena Allah semata bukan yang lain.

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama