Oleh Tjandra Sari Sutisno, M. Pd
Guru SMK Negeri di Jakarta Timur



Kehidupan bak roda pedati, terus berputar mengayuh laksana sepeda. Kadang dibawah dan juga diatas, begitupun dengan dunia yang fana ini. Sejatinya manusia menggunakan rel, dalam setiap aktifitas sehingga tidak keluar dari jalur agar tujuan sampai dengan selamat.

Namun ketika manusia, tidak berada pada aturan atau rel tsb. Maka jangan harap hidup kita mendapatkan keberkahan, pasti nanti terjatuh kemudian tersungkur atau bahkan masuk dalam jurang kehinaan.

Innalillahi Innalillahi wa innalillahi rojiun seyogyanya, memang pasti kita kembali pada Sang Khalik pencipta manusia dan alam semesta. Seperti dalam firman-Nya QS. Al Baqarah ayat 156 yang berbunyi:

اَÙ„َّØ°ِÙŠْÙ†َ اِØ°َآ اَصَابَتْÙ‡ُÙ…ْ Ù…ُّصِÙŠْبَØ©ٌ ۗ Ù‚َالُÙˆْٓا اِÙ†َّا Ù„ِÙ„ّٰÙ‡ِ ÙˆَاِÙ†َّآ اِÙ„َÙŠْÙ‡ِ رٰجِعُÙˆْÙ†َۗ

"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)."

Kelak dalam kondisi seperti apa kita menghadap Allah Ta'ala; senyum, menangis atau biasa saja. Yang jelas tidak ada, jalan tengah melainkan pilihannya hanya dua; kanan atau kiri.

Surga atau neraka, timbangan amal ibadah sudah menanti. Seberapa banyak pahala kita, berat kebaikan atau keburukan itu semua ada ditangan kita semua. Pilihan berat yang pasti akan dimintai pertanggungjawaban. Allah Rabbul 'alamin sudah memberikan akal untuk berfikir, merenungi/mentadaburi alam menganalisis hidup (tiga pertayaan besar); dari mana, untuk apa dan mau kemana.

Adakah kalian semua, melakukan hal tsb. Iya atau tidak. Mau apa malas (nyaman dengan keadaan sekarang), tidak mau susah dan banyak hal lain. Dipungkiri atau tidak, seolah-olah tidak merasa, tapi yakinlah hati kecil kalian pasti kadang terlintas atau terbersit.

Namun egomu begitu besar, baqo mu terlalu sombong untuk mengagungi kebesaran Allah Rabbul 'Alamin. Astaghfirullah semoga kita semua terhindar dari sifat seperti ini. Lelah ya semua butuh pengorbanan, waktu dan harta.

Fenomena

Jalan tak selamanya lurus, ada kalanya belok kanan atau serong kiri. Cobaan/ujian tidak semua sama, ada yang dibentur dengan suami, perekonomian atau banyak juga oleh tetangga. Masih banyak problematika yang dialami, tergantung porsinya masing-masing. Yakinlah hal ini semua nya sudah tercatat di lauhul mahfudz, dan harus beriman pada qada dan qadar Allah Azza wa jalla.

Sebagai contoh dari cobaan/ujian tsb. Misalnya, baru-baru ini pada laman web Detik.com (Jum'at tanggal 17 Januari 2025). 5 kisah orang diusir restoran gara-gara pakai baju seksi hingga makan sendirian. Atau kisah insiden tabrakan kapal terjadi di Sungai Mahakam, Samarinda, Kalimantan Timur. (Liputan6.com, 12 /1/2025) 

Renungan

Lelah adalah keadaan ketika tubuh/badan kekurangan energi/asupan gizi baik secara fisik dan emosional seseorang. Hal ini dapat terjadi karena berbagai akibar/faktor, seperti kurang istirahat, stres, pola makan yang kurang teratur (tidak memperhatikan halal/haram), atau gaya hidup tidak sehat (flexing, freesex, sering lembur/begadang dll).

Semua orang pasti mengalami lelah, letih dan lesu. Ya manusiawi banget itu, cuma bagaimana kita mnyikapi hal tersebut bukan menjadi sia-sia belaka. Inginnya lelah menjadi lillah, senantiasa menjalani hari-hari dengan sabar dan shalat.

Islam Rahmatan Lil'alamin

Di dalam islam semua jelas baik itu mengatur diri sendiri, hubungan antar manusia atau bagaimana manusia itu sendiri dengan pencipta-Nya (Allah SWT). Tidak sembarangan tapi ada tahapan nya, bila tidak sesuai maka bisa dihukumi 5 hukum syara' ada halal, haram, mubah, sunah dan wajib.

Lelah yang disukai Allah Yasfih (Allah maha penyembuh), adalah kegiatan dimana banyaknya amalan disana. Pahala yang melimpah, seperti berdakwah kemudian ibadah/beramal shalih dan masih banyak lagi.

Bagaimana islam memandang lelah, itu mengibaratkan seperti mengeluh/putus asa. Seharusnya ya tidak usah, dilafazkan "lelah" atau sampai bikin status di medsos (sosmed) sehingga orang lain tahu semua kondisi kita. Namun cukup di kerjakan syukuri dan nikmati, memang itu lah yang kita miliki.

Banyak ayat menjelaskan orang-orang yang sering mengatakan lelah, letih atau lesu. Perasaan yang cukup hanya Allah Azza Wajalla saja yang tahu sebenarnya, keberadaan kita cuhat sajalah di sepertiga malam.

Salah satunya, dikutip pada QS. Terjemahan Yusuf Ayat 87:
“Wahai Anak-anakku! Pergilah kamu, carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Kesimpulan

Hikmah yang dapat dipetik, adalah kita bagaimana menyikapi hidup. Semua lelah namun seperti apa itu menjadi pahala, manfaat dunia dan akhirat jadi bukan hanya sekedarnya saja (menggugurkan kewajiban).
Bismillah dengan izin Allah, semua berjalan dengan rida-Nya amiiin Allahuma amiiin.

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama