Oleh : Rifa Rahmawati


Sebelum wabah pandemi ini terdeteksi di Indonesia, berbagai pemberitaan terkait Virus Covid-19 ini sudah sangat gencar dan masif pula di beritakan diberbagai media cetak terlebih media elektronik. Terhitung dari tanggal 2 Maret 2020 ditetapkannya virus ini masuk ke Indonesia, dengan 2 orang pasien positif Covid-19.

Berbagai bidang profesi mulai waspada dengan informasi peningkatan jumlah kasus suspect Covid-19 dengan kasus pasien positif setiap hari meningkat umumnya skala nasional. Terlebih lagi bidang kesehatan sebagai garda terdepan dalam melawan dan menangani masifnya penyebaran virus.


Dilansir oleh Gelora.co,
"Setiap tenaga kesehatan beresiko untuk tertular Covid-19. Maka, kami meminta terjaminnya Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai untuk setiap tenaga kesehatan". Ketua iDI, Daeng M Faqih, Jumat 27 Maret 2020.

Kesediaan APD dalam keadaan ini bagi tenaga kesehatan menjadi satu hal pokok yang harusnya diutamakan. Menanggapi jumlah kasus suspect Corona-19 per tanggal 31 Maret 2020 adalah 1528 kasus Covid-19. Bahkan lebih dari 8 orang tenaga medis pun telah gugur. Menindak lanjuti hal tersebut, "Bila hal ini tidak terpenuhi maka kami meminta kepada anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien Covid-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan sejawat".

Karena memang persentase peluang terinfeksi virus bagi para tenaga medis cukup tinggi, bahkan di beberapa daerah pun para Mahasiswa ikut turun kelapangan demi rasa kemanusiaan dan kepedulian terhadap bangsa ini. 

Sekertaris Eksekutif PB IDI Dien Kuswardani membenarkan adanya surat tersebut yang telah disepakati beberapa organisasi seprofesi lainnya seperti Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia(PPNI),Ikatan Bidan Indonesia dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).

Senin lalu Presiden Jokowi menyatakan pemerintah sudah mendapatkan 105 ribu APD yang siap didistribusikan ke RS di seluruh wilayah Indonesia. Dengan rincian 45 ribu untuk wilayah DKI Jakarta,Bogor dan Banten. Sebanyak 40 ribu di distribusikan ke wilayah Jawa-Bali, 10 ribu keluar pulau Jawa dan 10 ribu sebagai cadangan.

Namun sejumlah RS masih mengeluh kan pendistribusi an APD yang belum diterima. Namun begitu adapula para dokter yang juga dilema karena mengingat sumpah mereka untuk mengabdi dan mengedepankan keselamatan pasien. Dengan begitu banyak RS baik dokter,perawat, atau tenanga medis lainnya pun hanya bisa memaksimalkan perlengkapan yang ada,salah satunya dengan jas hujan. Tentunya  jas hujan tidak lah memenuhi standar APD, namun begitu bisa mengurangi resiko penularan virus.

Berbagai dialog pun dilakukan dalam membahas penyebaran dan penanganan virus Covid-19, mulai dari bidang kesehatan,pendidikan dan agama. Namun sebagai tenaga medis mereka sudah memaksimalkan setiap tenaga,upaya dan waktu. Para ahli statistik dari ITB pun turut memperhitungkan puncak dari virus ini melalui model logistic Richard's Curve yaitu dimulai dari akhir Maret per tanggal 27 Maret 2020 dengan peningkatan kasus yang signifikan yaitu 100 kasus dan akan berakhir di pertengahan April 2020 mendatang. Para ulama pun turut meredam kegelisahan dan kepanikan umat dengan nasihat dan penjelasan berbagai masalah Umat akibat dari Covid-19 ini yang melumpuhkan kegiatan dakwah,berjamaah dan ibadah lainnya. 

Namun tidak cukup sampai disitu, kita butuh jalan keluar yang solutif dari pemerintah. Berbagai instansi terkait pun sudah mengajukan lockdown. Jikapun memang ada pilihan lain yang lebih tepat menangani covid-19 ini, secepatnya perlu di lancarakan. Tentunya dengan mempertimbangkan dan mengutamakan rakyat .

Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi bahkan mengutamakan kasus ini, karena wabah ini sudah menjadi pandemi. Pemerintah harus bertanggung jawab untuk keselamatan rakyatnya, apalagi para dokter , perawat dan tim medis lainnya yang secara langsung berkontak dengan pasien covid-19 . Pemerintah juga harus menjadi garda terdepan dalam melindungi rakyatnya terkait wabah ini. 

Lalu bagaimana Islam dalam menghadapi wabah seperti ini? Bukankah Islam selalu memiliki solusi atas setiap masalah? 

Langkah-langkah yang dilakukan dalam islam adalah :
1.melakukan deteksi sedini mungkin. Hal ini masih sangat bisa kita lakukan karena masih banyak nyawa yang bisa diselamatkan
2.melakukan isolasi pada pasien yang sudah terjangkit virus covid-19 
3.melakukan isolasi pada wilayah yang didapat pasien terjangkit  virus covid-19 
4.tetap menjalankan perekonomian dan setiap rutinitas seperti biasa di  yang tidak terdampak virus covid-19 sehingga tidak terjadi kelumpuhan ekonomi. 
5.tetap menjalankan ibadah sesuai syariat khusus nya yang menjadi polemik di tengah umat adalah shalat berjamaah dan sholat Jum'at.  Terkecuali bagi jamaah yang kurang sehat maka lebih diutamakan sholat di rumah. 

Rasulullah ï·º telah mengajarkan kita doa perlindungan dari penyakit buruk yang mengerikan. Termasuk di dalamnya adalah Corona.

اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْبَرَصِ، ÙˆَالْجُÙ†ُونِ، ÙˆَالْجُØ°َامِ، ÙˆَÙ…ِÙ†ْ سَÙŠِّئِ الأَسْÙ‚َامِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit sopak, gila, kusta, dan dari segala penyakit yang buruk/mengerikan lainnya.” (HR. Abu Daud No. 1554)

"Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya." [HR. Bukhari no.3214; Muslim No.4115]

"Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya." [HR. Muslim No.2218]

Dan di dalam riwayat lainnya oleh imam al-Bukhari dari Aisyah ra. isteri Nabi saw , ia berkata: aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang Tha’un lalu beliau memberitahuku:
“Tha’un itu merupakan azab yang Allau turunkan terhadap siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk orang-orang mukmin. Maka tidak ada seorang hamba pun yang tha’un menimpa, lalu dia berdiam di negerinya seraya bersabar mengharp ridha Allah, dia tahu bahwa tidak ada yang akan menimpanya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuknya, kecuali untuknya semisal pahala syahid”.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah, “Suatu ketika Umar bin Khatthab pergi ke Syam. Setelah sampai di Saragh, dia mendengar bahwa wabah penyakit sedang berjangkit di Syam. Maka ‘Abdurrahman bin ‘Auf mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: ‘Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya.’ Maka Umar pun kembali dari Saragh. Dan dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah; bahwa Umar kembali bersama orang-orang setelah mendengar Hadits Abdurrahman bin Auf”. [HR.Muslim No. 4115]


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama