Oleh : Wida Eliana
Komunitas Penulis Bela Islam Amk


"Tha'un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Swt. untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada jangan pula kamu lari daripadanya." (HR-Bukhari dan Muslim)

Hingga detik ini virus Corona belum hilang di tengah umat manusia setelah sembilan bulan sejak kasus pertama ditemukan, dikabarkan  semakin merebak dan meluas. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah, untuk menekan penyebaran virus Corona, akan tetapi belum membuahkan hasil yang signifikan. Mulai dari penerapan protokol kesehatan, atau istilah lainnya 3M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak atau tidak berkerumun), Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), serta new normal hingga imbauan untuk tidak panik saat tes hasil virus menunjukan reaktif.

Diberitakan oleh Portal Bandung Timur bahwa Kepala Puskesmas Cileunyi, Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, dr. Endang, menegaskan "Warga  jangan panik bila hasil rapid test menyatakan reaktif dan langsung dilakukan swab test  belum tentu positif terpapar Covid-19," ujarnya. Di sinilah perlunya edukasi terhadap masyarakat, kadang baru reaktif sudah panik dan kerap dikucilkan begitu pula jika ada warga positif Covid-19 dikucilkan padahal bukan aib," kata dr. Endang di sela-sela rapid test massal terhadap petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) dan Petugas Keamanan Langsung (Pamsung) se-desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Senin 30 November 2020.

Kebijakan ekonomi dan kesehatan yang kurang tepat dan salah sasaran dipandang tidak tepat mengatasi pandemi Covid-19,  dampak mencontoh kebijakan negara luar. 

Area terinfeksi seharusnya diisolasi dan  didukung penuh keuangan negara demi proses penyembuhan warganya, termasuk menutup akses keluar masuk ke negara Cina sebagai sumber wabah. Tentu ini sangat menyesakkan dada berbagai lapisan masyarakat. Walhasil, klaster-klaster baru penyebaran virus terus bermunculan. 

Termasuk yang dikhawatirkan adalah klaster baru penyebaran virus dari kerumunan saat Pilkada.
Terlalu lama stay at home bisa memicu kejenuhan atau rasa bosan. Bisa juga membuat orang makin menganggap biasa dan lengah terhadap ancaman pandemi. Masyarakat menilai bahwa selama ini dirinya baik-baik saja dan mulai banyak juga yang berkeliaran di luar sana.

Minimnya perhatian, kurangnya instruksi kepala negara agar semua intelektual di negeri ini meneliti dengan serius obatnya dan didukung penuh keuangan negara,  juga tidak ada koordinasi antar sektor dan instansi terkait area yang bebas wabah dan mana area yang terinfeksi belum serius ditunjukkan pemerintah.

Area yang terinfeksi seharusnya diisolasi dan didukung penuh keuangan negara. Demi proses penyembuhan warganya mereka dijamin dan diberi pengobatan sampai sembuh. Sayangnya yang terjadi negara tak menjamin mereka yang terpapar virus malah seolah berhitung untung rugi ketika berhadapan dengan kebutuhan rakyatnya sendiri. 

Saat ini kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan tak ubahnya seperti produk yang harus dibeli oleh rakyat dengan harga sangat mahal. Maka yang terjadi rakyat demikian kesulitan dalam mengakses kesehatan. Situasi ini memperlihatkan kesalahan dan kekacauan sistem ekonomi negara di bawah kontrol demokrasi kapitalisme.

Inilah potret rapuhnya sistem perekonomian dunia yang dibangun peradaban demokrasi kapitalisme   yang sedang berlaku dan diadopsi saat ini.

Hal tersebut sangat berbeda dengan pandangan Islam, dimana Islam menjamin kebutuhan pokok juga kesehatan masyarakat saat wabah melanda.

Sementara solusi tuntas saat wabah seperti yang diajarkan Islam, menjadi solusi jitu dalam memutus rantai wabah yakni tidak mencampurbaurkan orang yang sehat dengan orang yang sakit. Rasulullah telah melaksanakan kebijakan lockdown dan  karantina wilayah, tidak memperbolehkan masyarakat keluar ataupun masuk ke wilayah yang terkena wabah.
Belum landainya kurva Covid-19 memperburuk kerja sistem kapitalisme yang sudah remuk. 

Andai kata kehidupan ini diatur dengan Islam, tentu pandemi bisa ditangani dengan cepat, sigap dan efektif. Islam sudah mengatur sedemikian rinci bagaimana memberikan kemuliaan dan kesejahteraan. Pandemi Covid-19 mestinya menyadarkan kita semua. Dunia membutuhkan imunitas 

Islam sebagai sistem yang mampu bertahan dan memberikan kesejahteraan selama 13 abad lamanya. Sistem Islam terbukti berhasil menyatukan beragam ras dan keyakinan serta menebarkan keadilan. Itulah khilafah sistem bernegara terbaik bagi umat manusia di seluruh penjuru negeri.
Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama