Oleh : Shinta putri
Aktivis muslimah peradaban
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberikan dukungan pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi nomor 30 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual atau Permendibud 30 sebagai bentuk komitmen mengembangkan moderasi beragama.
"Ini juga komitmen untuk terus mengembangkan moderasi beragama sebagai solusi untuk menghadapi problem keagamaan dan kebangsaan yang dihadapi saat ini," ujar Menag Yaqut dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 13 November 2021. (Tempo.com)
Moderasi beragama yang dimaksudkan oleh menteri agama adalah cara pandang sikap dan praktek beragama dalam kehidupan bersama, dengan cara mengaktualisasikan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemashalatan umum berdasarkan prinsip yang adil berimbang, taat kepada konstitusi sebagai kesepakatan bangsa.
Arti moderasi yang disampaikan oleh menteri agama terasa indah, seolah-olah menampilkan kedamaian akan tetapi di balik makna dari moderasi tentunya sangat membahayakan umat. Padahal Peraturan Kemendikbud untuk masalah kekerasan seksual isinya malah menumbuhkan liberalisasi berperilaku. Dan masih menimbulkan kontra di masyarakat malah didukung kemenag.
Penyebaran opini moderasi beragama lebih mengarah pada Islam yang moderat, Islam yang biasa-biasa saja, semua ajaran agama sama, tidak boleh belajar agama secara mendalam, karena jika belajar agama yang mendalam akan berpotensi munculnya paham radikal yang merupakan bibit terorisme.
Tentunya penyebaran opini ini adalah racun berbalut madu rasanya manis akan tetapi esensi di dalam mengandung racun yang mematikan untuk umat, apalagi umat Islam. Umat akan teracuni akidahnya. Negeri ini mau diarahkan untuk lebih sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Alhasil semua aturan agama dilanggar semau gue.
Inilah hasil dari sistem aturan kapitalis liberalis dari asing yang mengharapkan negeri dengan mayoritas muslim seperti di Indonesia untuk mengadopsi istilah moderasi beragama dan diterapkan dalam kehidupan, mereka paham jika umat dijauhkan dari tsaqofah Islam maka umat Islam menjadi bodoh dan cuek dengan kebangkitan Islam.
Cara mereka menghadang kaum muslim untuk memperjuangkan agamanya, umat dicekokin terus dengan manisnya moderasi beragama. Perilaku kemaksiatan yang sekarang terjadi sebenarnya bukan disebabkan oleh orang-orang yang belajar agama dengan benar. Tapi terjadi karena efek dari agama dijauhkan dari kehidupan.
Standar halal haram diabaikan, pemberlakuan hukuman yang tidak tegas, bahkan memanipulasi hukum terjadi dalam sistem kehidupan sekarang. Mungkinkah moderasi beragama yang diartikan oleh asing bisa mengatasi permasalahan umat? Sedangkan masalah umat semakin komplek.
Miris, problematika umat yang terjadi tanpa ada solusi yang tuntas menyebabkan rakyat semakin sengsara dan menderita. Kenapa pemerintah tidak mengurusi harga pangan yang semakin tinggi, covid 19 yang belum kunjung usai, pajak terus dinaikan. Malah lebih mengurusi moderasi beragama yang sejatinya harus dihadang bukan malah diadopsi.
Saatnya umat sadar bahaya moderasi beragama salah satunya ingin menjauhkan umat dari pengertian Islam kaffah, Islam yang benar yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah. Ketaatan dan keimanan kita sebagai seorang muslim mau di geser menjadi pembangkangan terhadap aturan Islam serta memusuhi orang-orang yang belajar dan mendakwahkan Islam dengan benar.
Apakah kita masih berharap dengan sistem kapitalis yang merusak sendi-sendi kehidupan kaum muslim menjauhkan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Tentunya kita tidak menginginkan seperti itu. Sebagai seorang muslim hidup dan mati kita hanya untuk beribadah kepada Allah Ta'ala, Tuhan semesta alam.
Hanya dengan sistem Islam, sistem aturan kehidupan yang shahih yang bisa membasmi propaganda asing yang meracuni pemikiran umat. Kita sebagai umat muslim harus bersatu padu untuk menegakkan diinul Islam, semakin hari diserang terus oleh kafir Barat. Karena mereka ingin memadamkan cahaya keberkahan dari Islam. Semangat mengkaji dan memperjuangkan Islam untuk segera tegak di muka bumi ini.
Wallahu a'lam bishshawwab. []
Posting Komentar