Oleh Shinta putri 
Aktivis muslimah peradaban


Banjir rendam ratusan rumah di Kabupaten Pasuruan. Banjir yang mencapai hampir 2 meter tersebut terpaksa membuat warga mengungsi.

Piter, warga Desa Kedawung Kulon mengatakan, banjir kali ini termasuk banjir terparah dari sebelumnya. Sejumlah warga diketahui mengungsi untuk menyelamatkan diri.

“Iya mas, ini saya evakuasi nenek saya ke tempat yang lebih aman, soalnya kan sakit,” ucap Piter kepada wartabromo.com, Senin (17/1/2022).

Sementara itu, di Dusun Kebrukan banjir sudah mencapai 1 meter lebih. Warga juga memilih mengungsi ke rumah saudara yang lebih tinggi.

“Kebrukan ini sudah sampai leher orang dewasa mas, itu sudah satu setengah meter lebih mas,” ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, banjir kembali rendam 3 Kecamatan di Kabupaten Pasuruan. Diketahui, banjir kali ini adalah terjadi ke-4 kalinya dalam sepekan. Tiga kecamatan yang terendam banjir saat ini adalah Kecamatan Grati, Kecamatan Winongan dan Kecamatan Rejoso. (WartaBromo.com)

Lagi-lagi berita banjir melanda daerah di Pasuruan, seakan bukan hal yang baru daerah Kecamatan Grati dan sekitarnya adalah daerah langganan  banjir. Rakyat semakin bertambah menderita di awal tahun 2022 kesedihan silih berganti datang, belum selesai dihadapkan dengan kebutuhan pangan yang merangkak naik, tarif dasar listrik naik dan premium yang akan dihapus. Kini harus menghadapi banjir rutinan.

Penyebab dari banjir yang sering disampaikan akibat dari curah hujan yang tinggi, tata kelola kota yang buruk dan kebiasaan masyarakat yang selalu buang sampah sembarangan disekitar sungai. Ini alasan yang klise yang sering disampaikan oleh pemerintah.

Setiap kali ada banjir pemerintah hanya mengatakan untuk bersikap sabar dan berdoa karena ini bagian dari ujian. Sebenarnya musibah ini adalah akibat orang-orang tamak dengan materi dan kekuasaan.

Apakah kita harus pasrah dengan keadaan, jika ini sebenarnya musibah yang disebabkan oleh kerakusan manusia yang membuka lahan hijau untuk pemukiman, menebangi hutan secara liar, mengeksploitasi tambang pasir dan batu yang ada di wilayah Paserpan. Kerusakan alam inilah yang menyebabkan terjadinya banjir.

Kurangnya kepedulian, keterlambatan dan tanggung jawab pemerintah dalam penanggulangan banjir yang sudah seharusnya diantisipasi jauh-jauh hari karena musibah ini setiap musim hujan pasti terjadi banjir. Menyebabkan masalah banjir tak kunjung usai.

Bantuan dari wakil bupati sudah datang meskipun terlambat, berupa nasi bungkus, obat-obatan serta proses evakuasi korban akan tetapi banyaknya rumah yang terendam banjir menyebabkan jumlah bantuan tidak bisa merata, akhirnya banyak warga yang tidak terkena banjir membantu mengirimkan bantuan tenaga dan materi.

Inilah watak asli buruknya aturan kehidupan kapitalis demokrasi yang lebih mementingkan urusan kelompok daripada kepentingan rakyat. Rakyatlah yang menjadi korban dari kerakusan mereka untuk mencapai ambisi.

Akankah masalah banjir ini bisa teratasi dengan baik? Jika model gaya penanggulangannya masih pragmatis tanpa menyentuh akar masalah penyebabnya. Rakyat hanya mendapatkan harapan kosong yang tak berarti.

Masihkah kita percaya dengan aturan hidup kapitalis demokrasi yang batil ini, seharusnya umat sadar bahwa sistem aturan hidup yang sekarang diterapkan segera dicampakan diganti dengan sistem yang benar dari Sang Kholiq yaitu sistem Islam yang disebut khilafah.

Khilafah akan membenahi semua problematika umat yang sangat kompleks terutama banjir, semua hal yang menyebabkan banjir segera disolusikan karena fungsi pemimpin dalam khilafah adalah penguasa sebagai pelindung dan penjaga umat yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT.
Wallahu a'lam bishshawwab. 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama