Oleh Oktiana
Aktivis Dakwah


Belakangan ini, perilaku bullying makin marak. Di sekolah-sekolah banyak terjadi bullying bahkan sampai berujung penganiayaan. Tak terhitung berapa banyak anak-anak yang trauma akibat perilaku ini. 

Seorang siswa SMP di Bandung menjadi korban bullying temannya. Aksi bulying tersebut terekam kamera video dan tersebar di media sosial. Dalam video berdurasi 21 detik itu, tampak sekumpulan anak SMP tengah merundung salah satu temannya di ruang kelas. Bahkan salah satu pelaku menendang kepala korban hingga pingsan. Tak hanya ditendang korban juga tampak dipukul berkali-kali. (SINDONEWS.COM, 12/11/2022) 

Mirisnya, sejumlah teman-teman lainnya hanya menyaksikan sambil tertawa-tawa. Mereka nampak terlihat puas melihat temannya di siksa. Dampak dari perundungan ini padahal bisa menjadikan korban depresi, bahkan bisa sampai bunuh diri. 

Melihat Akar Permasalahan

Salah satu penyebab terjadinya  bullying menurut National Youth Violence Prevention Resource Center (2002) adalah suasana sekolah yang  tidak kondusif. Kurangnya pengawasan orang dewasa atau guru pada saat jam istirahat, ketidakpedulian guru dan siswa terhadap perilaku bullying, serta penerapan peraturan anti bullying yang tidak konsisten. 

Selain itu para pelaku bullying juga biasanya karena faktor internal, yaitu dari keluarga. Ketika orang tua sedang bertengkar di hadapan anak itu akan menjadikan anak tertekan, anak juga akan merekam apa yang dia lihat. Sehingga anak akan mengira bahwa apa yang dilakukan oleh orang tuanya itu boleh ia lakukan. Jadi faktor keluarga yang kurang harmonis pun  bisa menjadi salah satu sebab anak mempunyai sifat suka membully. 

Tak hanya itu saja,  tayangan televisi juga bisa menjadi salah satu penyebabnya. Banyak sekali tayangan yang seharusnya tidak ditonton oleh anak-anak, terlebih yang mengandung unsur kekerasan, sehingga dia mengikuti apa yang dia tonton. Dan disitulah peran orang tua dan negara dibutuhkan.

Orang tua harus memperhatikan waktu kapan saja anak menonton dan mengingatkan anak supaya tidak lalai dengan kewajibannya sebagai seorang muslim. Negara perlu memilah segala macam pengaruh media. Karena dari media itulah anak mendapatkan pengaruh buruk tentang pergaulan, kekerasan dan pengaruh buruk lainnya.

Bullying bisa dilakukan dengan bantuan teknologi yang disebut cyberbullying. Jejaring sosial seakan menghianati tujuan awalnya yakni mempererat hubungan antar manusia. Setiap orang bisa menjadi siapa saja di balik akunnya dan bisa seenaknya membully tanpa menggunakan identitas aslinya. 

Kurangnya keimanan, yaitu lemahnya pendidikan akidah, akhlak, dan ketakwaan yang mengakibatkan para generasi muda tidak lagi mempunyai rasa simpati, belas kasih, empati dan sifat buruk lainnya. Kekerasan dianggap bukan lagi hal yang salah atau keliru sehingga mereka melakukannya tanpa rasa bersalah. Inilah buah dari sistem kapitalis yang menjadikan seseorang mempunyai  sifat-sifat di atas.

Islam Punya Solusi 

Sungguh sangat jauh berbeda dengan sistem Islam dalam menjaga dan mendidik generasinya. Generasi muda adalah generasi penerus peradaban, calon penerus kepemimpinan di masa yang akan datang. Maju atau tidaknya suatu bangsa dilihat dari kualitas generasi mudanya saat ini.
Untuk merealisasikan hal ini butuh peran negara dan sekolah yang sejalan pemikirannya dengan orang tua. 

Ada pun  saat sistem pendidikan menggunakan sistem Islam. Sebuah sistem yang pernah menjadi negara besar bahkan berjaya karena penduduknya yang taat pada Syariat Allah. 

Penerapan sistem Islam banyak mendidik serta mencetak generasi muslim terbaik. Generasi yang memiliki akhlak mulia akan memiliki bekal ilmu keagamaan yang kuat, jujur dalam perkataan, suka menolong orang yang lemah dan lainnya. 

Hidup rukun dan harmonis merupakan karakter seorang pemuda muslim karena mereka telah matang mempelajari syariat dan menerapkan dalam kehidupannya. 

Allah SWT berfirman, keutamaan saling menyayangi terhadap sesama muslim; 

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ تَرٰىهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَّبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا ۖ سِيْمَاهُمْ فِيْ وُجُوْهِهِمْ مِّنْ اَثَرِ السُّجُوْدِ ۗذٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ ۖوَمَثَلُهُمْ فِى الْاِنْجِيْلِۚ كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْـَٔهٗ فَاٰزَرَهٗ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهٖ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ ۗوَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ مِنْهُمْ مَّغْفِرَةً وَّاَجْرًا عَظِيْمًا ࣖ 

Artinya: 
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu makin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29) 

Islam akan mampu membentuk generasi berkepribadian Islam dengan sangat berkualitas. 
membentuk generasi berakarakter Islam sama saja menciptakan generasi antipembully. tidak hanya dalam dunia pendidikan saja tetapi seluruh proses kehidupan. 

Semua hal tersebut bisa didapatkan oleh para generasi muslim  jika Islam kafah diterapkan dengan semestinya. Karena, hanya dengan sistem Islamlah kebutuhan akan pendidikan generasi calon pemimpin dapat terpenuhi dengan sempurna dan menjadikan Islam sebagai poros kehidupan. 
Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama