Oleh Mey Maryati
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah 

Kini peran tenaga pendidik, khususnya para orang tua harus lebih prihatin dan waspada. Karena betapa rusaknya moral generasi millenial di Indonesia.

Seperti video yang viral di Tapanuli Selatan. Sebagaimana yang diberitakan kompas.com (19 November 2022). Beberapa pelajar SMA  tampak berani menendang seorang perempuan lansia hingga terpental. Sebelum kejadian itu, telah beredar video beberapa pelajar SMP yang membully temannya di kelas hingga pingsan karena dipukuli dan ditendang oleh beberapa temannya.

Video kekerasan hingga tindak kriminal semisal kasus di atas sudah sering beredar. Ini pertanda ada persoalan besar di dunia pendidikan dan lingkungan sosial anak muda. Apalagi ajaran Islam justru dijauhkan. Dengan jalan ditakut-takuti isu 'Islam radikal' di kalangan pelajar. Banyak pelajar yang dituding menganut dan berhaluan radikalil. Itu terjadi hanya karena mereka taat  beribadah, menutup aurat dengan rapi dan sopan, berakhlak mulia juga berprestasi.

Semakin Parah

Rusaknya moral generasi millenial tercermin dari perilaku amoral mereka. Mereka yang terbiasa dengan berkata kasar, melawan orang tua dan guru, tindakan perundungan (bullying). Serta tindak kriminalitas seperti tawuran, pencurian, perampokan, pemerkosaan dan pembunuhan.

Dari data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan bahwa tindakan perundungan (bullying) di Indonesia mencapai 41,1%. Hal itu menjadikan Indonesia berada di posisi tertinggi dari 78 negara yang mengalami perundungan. Data menyebut betapa jumlah terbanyak dialami oleh para pelajar.

Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) ada 2,3 juta pelajar menggunakan narkoba. Begitu juga  didapati fakta miris tak sedikit pelajar putri yang berprofesi sebagai PSK.

Rusaknya moral ini tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah umum, melainkan hingga ke pesantren. Sebagai contoh ada beberapa santri yang membakar adik kelasnya dengan motif balas dendam. Seperti yang diberitakan kompas.com (1 Oktober 2022).

Potret Pelajar Buah Pendidikan Sekuler

Rusaknya moral di kalangan generasi millenial merupakan potret pelajar buah dari pendidikan sekuler. Yang mana sebagian besar mereka hanya mengutamakan akademik dan berorientasi pada lapangan kerja, bukan untuk membentuk kepribadian Islam. Para pelajar dididik sekadar untuk menjadi pengisi lapangan kerja, yang menyebabkan kurangnya adab dan moral.

Pendidikan agama Islam juga semakin dijauhkan. Ini tercermin pada Peta Jalan Pendidikan 2020-2035 yang tengah dimatangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Draft itu menghilangkan frasa agama di dalamnya yang membuat kecaman ormas dan pihak-pihak Islam, seperti Muhammadiyah.

Perilaku menjauhkan agama juga terlihat pada kebijakan lain. Pemerintah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB). Melalui Mendikbudristek Nadiem Makarim, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Menteri Agama Yaqut Cholil Quomas. SKB tersebut mengatur pakaian jilbab. Pada kesimpulannya berisikan mengenai larangan mewajibkan para siswi muslim mengenakan jilbab dan kerudung di sekolah. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu telah mengancam akan memecat guru di Sragen jika berani menegur dan menasehati kembali siswinya mengenai kewajiban berjilbab.

Membangun Pribadi Mulia dengan Islam

Islam merupakan agama yang mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat yang berakhlak mulia. Ini digambarkan dalam Al-Qur'an:

"Alif Laam Raa. (Ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji." (TQS. Ibrahim [14]: 1)

Islam telah berhasil mencetak masyarakat ummiy (tidak bisa membaca dan menulis) menjadi cedekiawan di berbagai bidang. Islam juga melahirkan para ilmuwan di bidang kedokteran, fisika, farmasi, teknik, matematika, kimia militer, dan sebagainya.

Kunci keberhasilan sistem pendidikan Islam itu terletak pada 3 hal. Pertama, menjadikan akidah Islam/keimanan sebagai dasar pendidikan. Para pelajar ditanamkan keimanan kepada Allah Swt. dan ketaatan pada ajaran Islam.

Kedua, mempunyai tujuan yang jelas, yaitu mencetak kepribadian Islam (syakhsiyyah islamiyah). Mereka diarahkan menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan beragam untuk berkontribusi bagi umat.

Nabi saw. bersabda:
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad)

Keberhasilan ini karena Islam meletakkan pendidikan adab/akhlak bagi para pelajar sebelum mempelajari ilmu-ilmu yang lain.

Ketiga, saat ada pelanggaran atau tindak kriminal, negara akan menerapkan hukum yang tegas kepada pelakunya. Generasi millenial yang sudah balig jika melakukan tindak kriminal maka akan diberi sanksi sebagaimana orang dewasa. Namun, jika mereka belum balig maka wali atau orang tuanya diperintahkan oleh pengadilan untuk mendidik dan menasehati mereka. Karena Nabi saw. menyebutkan hisab Allah tidak berlaku pada anak yang belum balig.

Maka sudah saatnya kita menyelamatkan para generasi millenial dari rusaknya moral/akhlak.
"Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan."
Islam adalah solusi yang akan memperbaiki akhlak generasi millenial. Oleh karena itu, mari kita lahirkan generasi yang cerdas dan berakhlakul karimah.
Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama