Oleh Yuli Ummu Raihan
Ibu Peduli Negeri


Istilah frugal living belakangan menjadi viral dan marak diperbincangkan. Sebuah video tiktok dari akun @si.ibuun, yang menceritakan apa yang ia dapat setelah menerapkan frugal living dengan gaji Rp3,5 juta per bulan menjadi fyp.  Pro dan kontra pun muncul sebagai reaksi dari video yang telah ditonton lebih dari 1,4 juta kali di tiktok. 

Mereka yang kontra menganggap hal ini tidak masuk akal. Tidak sedikit juga yang menyamakan gaya hidup frugal dengan pelit. Padahal frugal berbeda dengan pelit. 

Arti Frugal Living

Frugal living adalah konsep hidup yang fokus pada prioritas keuangan dan kemampuan manajemen keuangan. Sebelum menerapkan frugal living seseorang harus paham apa tujuan keuangan mereka, tahap mencapai tujuan dan tips-tipsnya. 

Ternyata gaya hidup frugal ini telah dipraktikkan oleh sejumlah orang termasuk tokoh-tokoh terkenal di dunia. Salah satu orang terkaya di dunia, Waren Bufffett, CEO Berkshire Hathaway. Ia menyebutnya dengan disiplin keuangan, menabung, dan melunasi utang. Dia lebih mendahulukan kebutuhan daripada keinginan. (CNBC Indonesia) 

Sementara bagi yang pro, menganggap frugal living ini bisa jadi pilihan khususnya anak muda saat ini. Bahkan persohor dunia seperti Mark Zuckerberg,  Steve Jobs, Ratu Elizabeth II, Leonardo de Caprio dan pesohor lain juga telah melakukan frugal living ini. 

Konsep frugal living ini sangat erat hubungannya dengan kesadaran manajemen keuangan. Hidup tidak hanya untuk hari ini. Maka, manajemen keuangan ini sangat diperlukan. Frugal living lebih menekankan menabung banyak demi masa depan seperti yang dijelaskan dalam The Frugal Life and Why We Should Educated oleh White Jhon, yang dilansir oleh laman Kemenkeu. (CNBCIndonesia) 

Biasanya frugal living diterapkan dengan cara menghemat pengeluaran. Mereka lebih memilih memasak sendiri dari pada membeli dengan alasan lebih irit. Mereka tidak terlalu berambisi terhadap fashion dan perkembangan barang elektronik dan semacamnya. 

Mereka punya standar sendiri dan tidak ambil pusing dengan pendapat orang lain. Seperti yang dilakukan oleh si ibu yang viral tadi. Ia tidak peduli meskipun dibully bahkan dihujat lantaran memilih tidak menghadiri undangan hajatan dan dan kegiatan sosialisasi lainnya. 

Mereka memiliki tujuan finansial seperti membeli kendaraan, rumah, jalan-jalan, tabungan pendidikan, tabungan hari tua, hingga lahan untuk kuburan. 

Mereka punya hitung-hitungan sendiri dalam memanajemen keuangan. Mereka menetapkan budget serendah mungkin agar bisa punya tabungan lebih. Mereka juga biasanya gemar berburu harga diskon, memanfaatkan barang-barang yang sudah ada, dan meminimalisir konsumsi. 

Pandangan Islam Tentang Frugal Living

Jika kita lihat fakta tentang frugal living, maka kita akan temuin beberapa kesamaan dengan ajaran Islam. Dalam Alquran terdapat beberapa ayat yang berisi perintah untuk hidup hemat dan tidak boros yang menjadi salah satu konsep frugal living. 

Allah berfirman dalam QS Al-Isra' ayat 26  yang artinya: "Dan berikanlah haknya kepada karib kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros."

Sikap boros bahkan disebut sebagai saudaranya setan. Allah juga tidak menyukai sikap berlebih-lebihan.  Sebagai seorang muslim kita harus bijak dalam mengelola rezki yang telah diberikan Allah SWT. Janganlah besar pasak dari pada tiang atau budget pas-pasan jiwa sosialita alias BPJS. 

Seorang muslim jga harus punya skala prioritas, mendahulukan kebutuhan baru keinginan. Tidak berlebih-lebihan dan mubazir karen keduanya akan merugikan seseorang baik dari sisi keuangan, kesehatan dan waktu. 

Islam memerintah kita untuk punya sikap peduli  pada orang lain. Frugal living jangan sampai mengabaikan orang lain. Kita ini makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Ada hak orang lain dari diri, waktu, dan harta kita. Ingat, dalam harta yang kita peroleh ada hak orang lain di dalamnya. 

Rasulullah saw. bersabda, yang artinya seorang muslim mempunyai lima kewajiban atas muslim lainnya yaitu menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin." (Muttafaqun 'Alaih) 

Jadi, jangan sampai karna ingin frugal living kita tidak memenuhi undangan (selagi tidak dalam kemaksiatan). Jangan pula karena frugal living mematikan empati. Tidak mau menjenguk teman atau tetangga yang sakit, menjaga jarak atau bahkan sampai memutuskan silaturahmi. 

Islam juga mengajarkan kita untuk bersyukur dengan apa yang kita punya hari ini. Tidak iri dan dengki melihat orang lain. Bersyukur akan menambah nikmat yang diberikan Allah begitu pun sebaliknya. 

Islam juga mengajarkan konsep rezki, bahwa apa yang menjadi milik kita tidak akan pernah tertukar karena sudah tertakar. Tapi kita dituntut untuk ikhtiar maksimal dengan menempuh cara-cara yang dibolehkan Islam. 
Frugal living menurut Islam adalah hidup yang seimbang antara mengejar kenikmatan dunia dan menyiapkan bekal akhirat. 

Frugal living adalah pilihan seseorang, Islam membolehkan selama tidak melanggar syariat Islam. Islam bahkan menganjurkan umatnya untuk kaya, karena dengan kekayaan tersebut banyak kebaikan yang dapat dilakukan. Islam juga tidak membiarkan umatnya hidup nelangsa,  pelit dan kikir. Frugal living dalam Islam bisa disebut zuhud. 

Zuhud itu tidak berarti hidup nelangsa, dan serba kekurangan. Orang yang kaya pun bisa bersifat zuhud. Rasulullah dan para sahabat serta orang-orang shaleh terdahulu telah memberikan contoh terbaik. Cucu Ali perna memakai mantel seharga 50 dinar atau sekitar Rp200 juta pada musim dingin. Sahabat Nabi Tamim ad-Dari pernah membeli baju seharga 1.000 dirham atau setara Rp400 juta untuk dipakai shalat. Imam Ahmad bin Hambal juga pernah memakai baju seharga 1 dirham. Bahkan Umar bin Khattab meninggalkan warisan setara Rp11, 2 triliun. (Tafsir Qurtubi jilid 7 halaman 465-468 terbitan Pustaka Azzam) 

Sekilas fakta ini terlihat sebagai suatu pemborosan. Tapi ada sikap zuhud di sini, yaitu ketika mantel cucu Ali dijual pada musim panas dan uang hasil penjualan nya disedekahkan kepada fakir miskin. Orang-orang shaleh terdahulu memiliki kekayaan yang banyak. Islam tidak melarang umatnya menikmati rezki yang telah diberikan. Allah berfirman dalam QS Al-A'raf ayat 32 yang artinya: " Katakanlah: "Siapa yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan siapa pula yang mengharamkan rezeki yang baik?" Katakanlah: " Semuanya itu disediakan bagi orang-orang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di  hari kiamat."

Islam membolehkan mengenakan pakaian mahal dan berhias saat berkumpul. Bahkan Abu Al Faraj mengkritik orang-orang yang berpakaian tidak layak (compang-camping) agar dinilai zuhud padahal ia mampu membeli yang lebih baik. 

Mencari bekal untuk kebahagiaan akhirat jangan sampai melupakan kebahagiaan di dunia.Bahkan menampakkan  kenikmatan  adalah bagian dari syukur. 

Jadi, mau frugal living atau tidak itu adalah pilihan. Setiap pilihan akan dipertanggungjawabkan. Frugal living belum tentu cocok dipraktikkan semua orang karena kondisi setiap orang berbeda. Maka, bijaklah dalam bersikap, hargai pilihan orang lain dan bertanggung jawab atas pilihan kita. Wallahualam bissawab.[]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama