Oleh Oktiana
Aktivis Dakwah   


Kegagalan para caleg dalam pesta demokrasi hingga berakhir depresi nampaknya bukan kali ini saja terjadi, bahkan beberapa rumah sakit jiwa telah menyiapkan ruangan khusus buat para caleg tersebut. Ciri-ciri mereka depresi salah satunya adalah marah-marah sampai menarik kembali apa yang sudah mereka berikan kepada masyarakat. Hal itu terjadi karena mereka belum siap untuk menerima kekecewaan sehingga rentan bagi mereka mengalami gangguan jiwa. 

Adapun kasus yang terjadi di Subang, Jawa Barat dimana calon anggota legislatif ini membongkar jalan yang sebelumnya ia bangun. Hal ini dilakukan akibat dari kekalahan saat pemilu 2024 tak cukup membongkar jalan, caleg yang diketahui bernama Ahmad Rizal itu juga menyalakan petasan di menara masjid Tegal koneng Desa tambakjati Kecamatan Patokbeusi Subang. Akibat aksinya tersebut sampai ada yang meninggal dunia akibat serangan jantung. (Okenews, 25/02/2024) 

Inilah wujud asli pemilu di dalam sistem demokrasi. Banyaknya kasus caleg yang mengalami gangguan jiwa nampaknya sudah menjadi hal yang lumrah. Mereka sudah mengeluarkan biaya yang sangat tinggi namun mereka gagal dalam mencalonkan diri. 

Pemilu dalam Sistem Demokrasi

Pemilu dalam sistem demokrasi hanya akan menghasilkan keburukan dengan tampilan para kandidat yang haus akan kekuasaan dan harta. Mereka rela melakukan segala sesuatu hanya demi meraih jabatan yang ia inginkan meskipun dengan cara yang tidak di ridhoi Allah, inilah sistem kapitalisme sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, mereka tidak memahami hakikat pencipta manusia dan tidak memiliki tujuan mulia yaitu beribadah kepada Allah SWT karena standar kebahagiaanya hanya materi. 

Jadi, wajar saja jika jabatan menjadi impian besar buat para calon, jabatan yang dianggap akan menaikan harga diri mereka. Dengan adanya jabatan mereka gunakan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya keuntungan materi dan memudahkan untuk mendapatkan segala fasilitas hidup mereka. Dan ketika para kandidat tidak kuat iman ketika menghadapi kekalahan mereka akan mudah depresi, karena mereka dari awal sudah mempunyai tujuan yang salah. 

Peristiwa seperti ini menunjukan bahwa pemilu di sistem demokrasi merupakan pemilihan yang berbiaya tinggi apalagi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat karena semuanya tidak ada yang gratis. Seperti memberi dana untuk membeli suara rakyat atau yang biasa disebut dengan serangan fajar.


Jabatan dalam Perspektif Islam

Di dalam sistem Islam, jabatan merupakan suatu amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah dan harus dijalankan sesuai dengan ketentuan Allah dan RasullNya. Di zaman dulu para sahabat banyak yang mundur dan takut menerima amanah ini, itu semua karena mereka merasa berat ketika diberi amanah berarti punya tanggung jawab yang besar dalam mengerjakannya. 

Selain itu, di dalam Islam siapa saja yang menang dalam jabatan mereka harus paham agama. Jika tidak, mereka sama saja akan mencelakakan umatnya. Karena tujuan meraih jabatan semata-mata untuk mencari RidhoNya dan jika mereka kalah tidak akan berpengaruh pada kejiwaannya karena mereka semua yakin apapun yang terjadi pada dirinya itu semua sudah ketentuan Allah SWT. 

Untuk urusan memilih pemimpin, Islam mempunyai aturan sendiri yaitu dengan sistem politik Islam. Pemilihan kepala negara (khalifah) dalam negara Islam dipilih langsung oleh seluruh umat muslim. Sedangkan pemilihannya dilakukan secara cepat dan sederhana sehingga biaya yang dikeluarkan pun tidak besar. Kampanye panjang pun tidak dilakukan sehingga kecurangan dalam pemilu tidak akan terjadi. 

Sudah seharusnya umat paham bahwa jabatan merupakan amanah dan itu semua akan dimintai pertanggung jawaban kelak dihadapan Allah. Dan paham ketika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan maka itu semua merupakan ketetapan Allah dan sudah pasti baik untuknya. 

Wallahualam bissawab. []

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama