Oleh Alfaqir Nuuihya 
Ibu Pemerhati Sosial


"Miris!" Sepertinya merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan perjuangan anak-anak sekolah yang harus rela mempertaruhkan nyawa demi bisa sampai ke sekolah. Dengan mengandalkan jembatan yang sudah tidak layak, mereka berjalan menyamping di jembatan sambil memegang tali sling untuk menjaga keselamatan. 

Rusaknya jembatan tidak melunturkan keteguhan mereka untuk menuntut ilmu. Jembatan seperti ini berada di Kabupaten Sukabumi yang menghubungkan antara Kecamatan Lengkong dan Kecamatan Jampang Tengah. (Liputan6.com, 23/08/2024)

Di sisi lain, pemerintah resmi menaikkan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax mulai hari sabtu 10/08/2024). Kenaikan harga Pertamax ini menyusul kenaikan harga BBM nonsubsidi lainnya yang telah naik sejak awal Agustus. (kompastv.com, 10/08/2024)

Mendapati keputusan ini, rakyat sudah tidak merasa kaget dan tentunya semakin muak dengan setiap keputusan pemerintah yang sangat tidak memihak kepada rakyat. Derita rakyat semakin bertambah dan ketidaadilan pun tak terbantah.

Di pihak lain, demi merayakan upacara HUT RI, pemerintah justru menyewa mobil Alphard sebanyak 1.000 unit untuk transportasi selama di IKN dengan biaya 25 juta per hari. Dengan alasan klasik, IKN masih terhambat dari segi sarana prasarana. (detiknews.com, 06/08/2024)

Indonesia sudah merdeka selama 79 tahun. Usia kemerdekaan tersebut sudah lama dan seharusnya rakyatnya sudah sejahtera. Namun kenyataannya, bukan hanya insfrastruktur yang tidak layak pakai bagi rakyat kecil, tetapi kehidupan pun sangat jauh dari kata sejahtera. Bahkan membeli BBM saja sangat kesulitan karena harga yang terus merangkak naik. 

Pembangunan insfrastruktur yang akan digunakan oleh rakyat kecil terbengkalai, seperti jalan ataupun jembatan yang dibutuhkan oleh rakyat yang bersifat darurat justru sangat jauh dari kata layak. Berbanding terbalik dengan keadaan para pejabat, hidup dalam keadaan sangat makmur, tidak kekurangan suatu apa pun, dari segi materi dan kesejahteraan.

Pembangunan jalan tol dilakukan secara ugal-ugalan, bahkan pembangunan ibu kota baru seakan dipaksakan. Padahal ada yang lebih penting, yaitu kesejahteraan rakyat yang harus didahulukan. Begitupun kekayaan negara banyak dikekola oleh korporat asing, seperti Pertamina. Bukti bahwa pemerintah lebih mementingkan perusahaan asing dibandingkan harus mengurusi rakyatnya sendiri. Padahal sejatinya, kekayaan alam seharusnya dikelola oleh negara.

Merdeka adalah kala kita sebagai hamba tidak menghamba terhadap manusia lainnya dan memurnikan penghambaan hanya kepada Allah. Merdeka adalah pada saat kita mampu melaksanakan syariat Islam secara menyeluruh tanpa ada intimidasi atau persekusi dari pihak lain.

Secara fisik, kita memang sudah terbebas dari penjajahan. Namun secara hakiki, penjajahan yang kita alami sekarang lebih berbahaya. Bahkan cenderung lebih menghancurkan.
 
Pemikiran dan kebudayaan yang dipaksa mengikuti keinginan Barat.  Penjajahan dengan mengambil kekayaan negeri kita masih tetap berlangsung lewat kebijakan-kebijakan atau undang-undang yang sejatinya merampas kekayaan negeri dengan perantara pemerintah yang lebih mementingkan korporat asing.

''Kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput dan api. Dan harganya adalah haram." (HR. Ibnu Majah). Hadis ini menjelaskan bahwa kepemilikan ini dilarang dimiliki oleh individu apalagi oleh korporat asing. 

Begitu pun seluruh sumber daya alam seperti minyak bumi, listrik, batu bara, gas yang masuk ke dalam kategori api, adalah barang yang masuk ke dalam kepemilikan umum. Hanya negaralah yang boleh mengelola, sebagai wakil rakyat yang wajib memberi kesejahteraan paripurna.

Dengan dikelola oleh negara maka sumber daya alam ini bisa diberikan kepada rakyat dengan cuma-cuma. Ataupun jika harus ditetapkan sebuah harga maka tidak akan membebankan rakyat karena hasilnya pun akan dikembalikan kepada rakyat.

Suatu hal yang wajar, jika kekayaan negeri ini lebih condong dikelola oleh para korporat asing. Sistem sekuler kapitalis yang membebaskan setiap orang untuk menguasai segala sesuatu asalkan memiliki materi yang melimpah untuk membungkam pemerintah, sehingga lahir kesepakatan-kesepakatan yang lebih condong atau menguntungkan bagi para pemilik modal.

Begitu juga kebijakan pemerintah lainnya banyak yang merusak dan menjerumuskan rakyat. Seperti kebijakan penyediaan alat kontrasepsi untuk usia pelajar atau kebijakan aborsi untuk kehamilan yang tidak diinginkan. 

Semua ini bukti, bahwa kita belum seutuhnya merdeka. Pemikiran kita masih terjajah, dengan dipaksakannya penerapan aturan liberal sekularisme yang melahirkan penderitaan di segala aspek kehidupan. 

Makna merdeka yang sebenarnya adalah kala kita sebagai muslim seutuhnya mampu menegakkan syariat Islam secara menyeluruh. Sebuah aturan dari Sang Khalik Mudabbir, bukan aturan manusia yang sering kali condong terhadap hawa nafsu.

Wallahualam bissawab.[]

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama